
Sudah Anjlok Parah, Hati-hati IHSG Mau Lanjut Koreksi Sesi II

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup ambruk pada perdagangan sesi pertama siang ini Kamis (25/3/21). Dibuka naik 0,05% ke level 6.159,61 pagi tadi, IHSG ditutup ambruk 0,94% ke level 6.098,27 kembali meninggalkan level psikologis 6.100.
Nilai transaksi hari ini sebesar sebesar Rp 5,5 triliun dan terpantau investor asing menjual bersih Rp 190 miliar di pasar reguler.
Investor sedang mencermati perkembangan pandemi virus corona, utamanya di Eropa. Sepertinya prospek ekonomi Benua Biru tidak akan secerah perkiraan sebelumnya.
Phillip Lane, Kepala Ekonom Bank Sentral Uni Eropa (ECB), mengungkapkan bahwa ekonomi Eropa tahun ini diperkirakan tumbuh 4%. Ini sudah memasukkan faktor lockdown.
Namun Lane memperingatkan bahwa kuartal II-2021 sepertinya bakal lumayan berat. "Sekarang kita akan segera masuk ke kuartal II, yang sepertinya akan terasa lama," ujarnya kepada CNBC International.
Well, pada awal tahun banyak yang menyatakan bahwa 2021 akan menjadi tahun kebangkitan, tahun yang gilang-gemilang. Namun ternyata situasinya seperti ini. Pandemi yang katanya mulai bisa terkendali karena vaksinasi ternyata masih menghantui.
Selanjutnya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS kembali bergerak turun. Pada pukul 04:15 WIB,yielduntuk tenor 10 tahun berada di 1,6137%, turun 2,4 basis poin (bps).
Akhir-akhir ini, kenaikanyieldUS Treasury Bonds menjadi momok bagi pasar keuangan global. Kenaikanyieldsurat utang pemerintah Presiden Joseph 'Joe' Biden membuat instrumen lain menjadi tidak menarik.
Akhir pekan lalu,yieldUS Treasury Bonds sempat berada di atas 1,7%. Tidak jauh daridividend yieldindeks S&P 500 yang berada di kisaran 1,9%. Artinya, instrumen aman seperti obligasi memberi imbalan yang bersaing dengan aset berisiko.
Namun dengan data ekonomi AS yang akhir-akhir ini kuranggreget, mungkin ekspektasi inflasi menjadi mereda. Sepertinya permintaan di Negeri Adidaya masih belum pulih betul, sehingga belum kuat untuk mendorong laju inflasi. Meredanya ekspektasi inflasi kemudian tercermin dengan penurunanyieldobligasi.
Analisis Teknikal
![]() IHSG |
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area batas bawah dengan BB yang kembali melebar maka pergerakan IHSG selanjutnya cenderung terdepresiasi.
Untuk mengubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 6.200. Sementara untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 6.050.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 14 yang menunjukkan adanya indikator jenuh jual akan tetapi apabila momentum jual sedang kuat, RSI bisa bertahan di level jenuh jual dalam waktu yang lama.
Kuatnya momentum jual ditunjukkan dengan indikator MACD yang berada di area negatif yang menunjukkan potensi koreksi lanjutan masih terbuka.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB di batas bawah dan kembali melebar, maka pergerakan selanjutnya cenderung terkoreksi. Hal ini juga terkonfirmasi dengan indikator MACD yang berada di zona negatif.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500