Balada Rupiah: Kemarin Juara 2 Asia, Hari ini Terburuk Kedua

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 March 2021 15:48
mata uang rupiah dolar dollar Bank Mandiri
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (24/3/2021). Kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) yang kembali melonjak secara global membuat sentimen pelaku pasar memburuk dan menekan rupiah.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.390/US$. Tetapi tidak lama, rupiah langsung melemah hingga 0,42% ke Rp 14.450/US$.
Rupiah berhasil memangkas pelemahan dan mengakhiri perdagangan di Rp 14.420/US$ atau melemah 0,21% di pasar spot.

Tidak hanya rupiah, semua mata uang utama Asia melemah melawan dolar AS hari ini. Rupiah dengan pelemahan 0,21% menjadi yang terburuk kedua di Asia hari ini. Hal ini tentunya berbanding terbalik dengan kinerja rupiah kemarin yang menjadi juara kedua Asia, di bawah ringgit Malaysia yang melemah 0,29%. 

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

Rupiah merupakan aset emerging market yang dianggap lebih berisiko ketimbang mata uang negera maju. Sehingga ketika sentimen pelaku pasar memburuk, rupiah akan tertekan.

Sejak Selasa kemarin, bursa saham global berguguran yang menjadi indikasi memburuknya sentimen pelaku pasar. Hal itu terjadi akibat kembali meningkatnya kasus penyakit virus corona (Covid-19) secara global.

Per 23 Maret 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan jumlah pasien positif corona di seluruh negara adalah 123.216.178 orang. Bertambah 223.334 orang dari hari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir (10-23 Maret 2021), rata-rata penambahan pasien baru adalah 450.655 orang per hari. Jauh lebih tinggi dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yaitu 394.113 orang setiap harinya.

Eropa, yang sempat 'adem', kini kembali dibuat kalang-kabut oleh lonjakan kasus baru. WHO mencatat, jumlah pasien positif corona di Benua Biru per 23 Maret 2021 adalah 42.870.334 orang. Bertambah 162.860 orang dari hari sebelumnya.

Selama dua pekan terakhir, rata-rata tambahan pasien baru adalah 198.751 orang per hari. Melonjak dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yakni 162.341 orang per hari.
Oleh karena itu, Eropa kini dinilai sudah terpukul oleh gelombang serangan ketiga (third wave outbreak) virus corona. Gelombang yang membuat sejumlah negara kembali memperketat pembatasan sosial (social distancing).

Mulai akhir pekan lalu, Prancis memberlakukan karantina wilayah (lockdown) di tujuh wilayah, termasuk ibu kota Paris. Lockdown akan berlaku selama sebulan. Selain itu, berlaku jam malam secara nasional yaitu pada pukul 19:00.

Di Jerman, Kanselir Angela Merkel memutuskan untuk memperpanjang lockdown hingga 18 April 2021. Warga Negeri Panser diminta untuk tetap di rumah selama libur Hari Paskah.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Pemulihan Ekonomi RI Terancam Terganggu, Rupiah Melemah Pelan-Pelan

Dengan melonjaknya kasus pandemi Covid-19, pemulihan ekonomi Indonesia berisiko terhambat. Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengungkapkan bahwa ekonomi Indonesia pada kuartal I-2021 masih tumbuh negatif alias terkontraksi. Artinya, Indonesia masih mengalami resesi.

"Untuk kuartal I-2021, kami di Kementerian Keuangan memperkirakan dalam kisaran -1% yang terdalam hingga -0,1%. Kita berharap di zona netral, mendekati -0,1%," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita edisi Maret 2021, Selasa (23/3/2021).

Jika Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia kembali minus, maka kontraksi ekonomi akan terjadi selama empat kuartal beruntun.

Suatu negara dikatakan mengalami resesi ketika PDB mengalami kontraksi dua kuartal beruntun secara year-on-year.

Sri Mulyani menambahkan, daya beli masyarakat masih lemah akibat dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Ini terlihat dari perkembangan inflasi yang melambat.

Indonesia diprediksi lepas dari resesi di kuartal II-2021, bahkan PDB akan melesat hingga 7%.

"Kuartal II- 2021 akan menjadi perbaikan yang signifikan bisa di atas 7%," ungkap Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu dalam konferensi pers APBN Kita, Selasa (23/3/2021).

Febrio menjelaskan, pemulihan ekonomi sebenarnya sudah terlihat sejak kuartal III - 2020. Ketika kontraksi ekonomi sudah mulai menipis menuju pertumbuhan yang positif.
"Arah pemulihan ekonomi konsisten," tegas Febrio.

Pada kuartal II-2021 memang banyak faktor yang bisa mendorong perekonomian. Mulai dari aktivitas lebaran hingga efek dari berbagai kebijakan pemerintah yang mendorong konsumsi dari sektor properti dan kendaraan bermotor.

"Pada akhir 2021 diharapkan pertumbuhan ekonomi 5% dengan range 4,5-5,3%," terangnya.

Sementara itu, ekonom senior, Chatib Basri, mengatakan pemulihan ekonomi Amerika Serikat akan membuat rupiah pelan-pelan terus melemah.

"Perkiraan saya bisa terus (melemah) selama kondisi AS masih terus begini," kata Chatib Basri kepada CNBC Indonesia, Rabu (23/3/2021).

Hanya saja menurut Chatib pelemahan yang akan terjadi bertahap sampai kepada titik tertentu. Tidak seperti tahun lalu maupun krisis sebelumnya di mana pelemahan sangat drastis sehingga menimbulkan kepanikan.

"Jadi yang terjadi pada rupiah itu creeping. Pelan-pelan rupiah terus akan melemah," ujarnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular