Ini Dia Pemilik 'Harta Karun' Rare Earth Terbesar, Ada RI?

Ferry Sandria, CNBC Indonesia
23 March 2021 13:17
Rare earth element atau yang juga dikenal dengan sebutan logam tanah jarang (LTJ) . (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Rare earth element atau yang juga dikenal dengan sebutan logam tanah jarang (LTJ) . (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Saat ini China masih mendominasi pasar logam tanah jarang. Monopoli China dalam produksi logam tanah jarang tidak hanya memberinya keunggulan strategis atas negara-negara yang sangat bergantung pada komoditas tersebut, seperti AS yang mengimpor 80% logam tanah jarangnya dari China. 

Monopoli ini juga menyebabkan rantai pasokan logam tanah jarang global tidak bisa diandalkan, hal ini pernah terjadi di tahun 2010 ketika China menurunkan ekspor kuota sebesar 37% yang menyebabkan harga logam tanah jarang dunia meroket.

IHSG

Dibandingkan dengan dominasi China dalam produksi dan cadangan REE saat ini, posisi Indonesia di pasar dianggap dapat diabaikan, meskipun produksi dan cadangan produk sampingan ada di beberapa wilayah di seluruh negeri.

Menurut Badan Geologi Kementerian ESDM saat ini sudah terdapat 28 lokasi yang memiliki potensi LTJ. Potensi ini tersebar di seluruh Indonesia, dengan pulau Sumatera memiliki 16 lokasi, Kalimantan 7, Sulawesi 3 dan Jawa 2 lokasi.

Menurut Kepala Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi (PSDMBP) dalam interview dengan CNBC TV, Iman Kristian Sinulingga, mengatakan akan melakukan eksplorasi lithium & logam tanah jarang pada 2021.

Saat ini Indonesia telah memiliki 80% mineral yang dibutuhkan untuk memproduksi baterai litium. Perkuatan industri baterai merupakan bagian dari kebijakan pemerintah yang menggunakan kendaraan listrik sebagai salah satu cara untuk menciptakan basis industri masa depan yang dibangun dengan memanfaatkan sumber daya alamnya yang melimpah.

Neodimium bertanggung jawab atas sebagian besar permintaan logam tanah jarang, dengan total nilai pasar $ 11,3 miliar pada tahun 2017. Permintaan saat ini melebihi pasokan sekitar 2 hingga 3 ribu ton per tahun, kesenjangan itu diperkirakan akan bertambah lebar karena meningkatnya produksi kendaraan listrik yang menggunakan baterai lithium.

(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular