
Bursa Saham Asia "Kebakaran", IHSG Beruntung Selamat

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia ditutup berjatuhan pada perdagangan Jumat (19/3/2021) akhir pekan ini, setelah imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) kembali naik signifikan pada perdagangan Kamis (18/3/2021) waktu AS.
Tercatat indeks Nikkei Jepang ditutup ambles 1,41% ke 29.792,05, Hang Seng Hong Kong ambrol 1,41% ke 28.990,94, Shanghai Composite China longsor 1,69% ke 3.404,66, STI Singapura melemah 0,1% ke 3.134,54, dan KOSPI Korea Selatan merosot 0,86% ke 3.039,53.
Sementara untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat hampir ditutup di zona merah, namun di saat 'injury time' pada sesi pre-closing, IHSG berhasil berakhir di zona hijau, dengan menguat 0,13% ke level 6.356,16 dan menjadi satu-satunya yang ditutup di zona hijau pada hari ini.
Data perdagangan mencatat nilai transaksi hari ini mencapai Rp 13,7 triliun dan terpantau investor asing membeli bersih sebanyak Rp 479 miliar di pasar reguler.
Di Jepang, indeks Nikkei ambles karena bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) mengumumkan kebijakan baru yang membiarkan obligasi pemerintah Jepang tenor 10 tahun berfluktuasi diatas 0,25%.
Bank sentral Jepang (Bank of Japan/BOJ) mengatakan bahwa ia hanya akan membeli Equity Trade Fund (ETF) yang diperdagangkan di bursa Topix, setelah meninjau kerangka kebijakannya.
BoJ juga akan membeli paling banyak hingga 12 triliun yen (US$ 110,2 miliar) dan sedikit memperluas batas perdagangan untuk target imbal hasil (yield) obligasi 10 tahun, seperti yang diharapkan pelaku pasar sebelumnya.
"Dampak langkah BOJ di Nikkei akan terbatas, hal ini akan berkontribusi pada koreksi yang sehat dalam rasio NT." kata Shingo Ide, kepala strategi ekuitas di NLI Research Institute.
Sementara itu di China, kekhawatiran atas ketegangan China-AS menyebabkan selera risiko berkurang. Selain itu, kekhawatiran atas valuasi yang tinggi juga menjadi penyebab bursa saham Negeri Tirai Bambu ambles, seperti yang diutarakan oleh Yan Kaiwen, seorang analis dari China Fortune Securities Co.
Dari AS, saham sektor teknologi terpelanting setelah imbal hasil (yield) obligasi tenor 10 tahun melompat 11 basis poin (bp) menembus angka 1,75% atau menjadi yang pertama sejak Januari 2020. Indeks Nasdaq pun anjlok 3% dan kembali ke level penutupan pada 25 Februari.
Kenaikan imbal hasil terjadi sehari setelah bank sentral AS menyatakan bahwa kebijakan moneter ekstra longgar akan dipertahankan meski inflasi bisa menyentuh 2,2%. Inflasi tinggi memicu kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah di AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
