BBCA Diangkat, IHSG Loncat ke Zona Hijau & Ga Jadi Merah Coi!

Putra, CNBC Indonesia
19 March 2021 15:45
Bursa Efek Indonesia
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka naik sangat tipis, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup hijau tipis pula pada perdagangan akhir pekan Jumat (19/3/2021) meski seharian berkutat di zona merah, di tengah minimnya sentimen positif dari dalam negeri.

IHSG dibuka naik 0,03% ke 6.346,00 tetapi kemudian berbalik melemah pada perdagangan hari ini hingga tiba-tiba di sesu penutupan alias pre-closing IHSG melonjak menghijau 0,13% ke level 6.356,16.

Kenaikan IHSG terjadi akibat saham berkapitalisasi pasar terbesar di bursa PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) melesat kencang pada sesi penutupan dimana BBCA yang tadinya terkoreksi 1,12% tiba-tiba melesat naik 0,82% sehingga turut mengerek indeks.

Sebanyak 161 saham menguat, 292 tertekan dan 177 lainnya flat. Transaksi bursa kembali meningkat dengan nilai transaksi bursa sebesar Rp 13,7 triliun. Investor asing memanfaatkan kesempatan itu untuk memborong saham sehingga mencetak pembelian bersih (net buy) Rp 479 miliar di pasar reguler.

Saham yang diborong asing meliputi PT Bank Mandiri Tbk ( BMRI) yang diborong Rp 105 triliun dan PT H M Sampoerna Tbk (HMSP) yang dibeli Rp 100 miliar.

Sedangkan jual bersih dilakukan asing di saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang dilego RP 55 miliar dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yang dijual RP 34 miliar.

Koreksi di bursa nasional terjadi mengikuti Wall Street. Dow Jones Industrial Average anjlok 153,1 poin (-0,5%) ke 32.862,3 fajar tadi, sementara S&P 500 drop 58,7 poin (-1,48%) ke 3.915,46. Nasdaq bablas 409 poin (-3,02%) ke 13.116,17 dipicu koreksi saham teknologi.

Hal ini terjadi setelahyieldobligasi pemerintah AS tenor 10 tahun kembali lompat 11 basis poin menjadi 1,75%, menjadi yang tertinggi sejak Januari 2020. Pagi tadi, imbal hasil masih tinggi yakni di angka 1,706%.

Kenaikan imbal hasil terjadi sehari setelah bank sentral AS menyatakan bahwa kebijakan moneter ekstra longgar akan dipertahankan meski inflasi bisa menyentuh 2,2%. Inflasi tinggi memicu kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah di AS.

Akibatnya, daya tarik obligasi di pasar negara berkembang pun memudar, sehingga memicucapital outflow(keluarnya dana asing dari bursa). Tak ayal, imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia juga meningkat, dan mendongkrak biaya penggalian dana para emiten.

Hal ini dikhawatirkan memicu tekanan terhadap kinerja emiten, terutama karena saat ini efek pandemi masih berdampak pada kinerja keuangan mereka. Reli harga saham yang belakangan terjadi pun dikhawatirkan terlalu berlebihan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular