Bursa Asia Pesta Pora! Hang Seng-Nikkei-IHSG Melesat 1% Lebih

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
18 March 2021 16:45
People walk past an electronic stock board showing Japan's Nikkei 225 index at a securities firm in Tokyo Wednesday, Dec. 11, 2019. Asian stock markets have risen following a report President Donald Trump plans to delay a tariff hike on Chinese goods. (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Foto: Bursa Jepang (Nikkei). (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia ditutup semarak pada perdagangan Kamis (18/3/2021), setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) mempertahankan kebijakan akomodatifnya (dovish) untuk menjaga likuiditas pasar keuangan AS.

Tercatat indeks Nikkei Jepang ditutup melesat 1,01% ke 30.216,75, Hang Seng Hong Kong meroket 1,28% ke 29.405,72, Shanghai Composite China menguat 0,53% ke 3.463,75, STI Singapura tumbuh 0,9% ke 3.137,66, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,61% ke 3.066,01.

Sementara untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terbang 1,12% ke level 6.347,83 pada hari ini, setelah Bank Indonesia (BI) juga tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level terendah sepanjang sejarah, yakni 3,5%.

Data perdagangan mencatat nilai transaksi hari ini mencapai Rp 11,3 triliun dan terpantau investor asing membeli bersih Rp 680 miliar di pasar reguler.

Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menegaskan bahwa kebijakan moneter longgar-yang memungkinkan suku bunga rendah dan aksi gelontor likuiditas di pasar-bakal tersebut berlanjut.

Ini memberikan kelegaan tersendiri bagi pelaku pasar global, terutama di AS, karena memungkinkan mereka untuk terus mendapatkan limpahan dana di pasar, yang pada gilirannya bakal berdampak ke pasar negara berkembang (termasuk Indonesia)..

Dalam pidatonya, The Fed mengakui bahwa inflasi tahun ini bisa menyentuh angka 2,2%, di atas rerata patokan yang biasa mereka pakai untuk mencegah mesin ekonomi terlalu panas (overheated).

Namun, secara bersamaan The Fed menegaskan akan tetap mempertahankan kebijakan moneter longgarnya tersebut demi pasar tenaga kerja dan ekonomi yang membaik.

"Kami memang berharap bahwa akan ada kemajuan lebih cepat di pasar tenaga kerja dan inflasi setelah sekian tahun, berkat kemajuan vaksin, dan karena dukungan fiskal yang kita dapatkan," tutur Ketua The Fed Jerome Powell sebagaimana dikutip CNBC International.

Artinya, inflasi boleh saja tinggi, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun (yang jadi acuan pasar) boleh naik mendekati angka 2%, suku bunga nyaris nol persen akan dipertahankan. Dus, dalam jangka menengah, pasar global masih akan aman dari risiko taper tantum.

Setelah bank sentral AS telah menetapkan hasil dari agenda FOMC pada dini hari tadi waktu Indonesia, giliran bank sentral Jepang (Bank of Japan) yang akan mengumumkan hasil review kebijakan moneter teranyarnya pada Jumat (19/3/2021) besok.

Pengumuman itu diyakini bakal membuat kebijakan BoJ lebih sustainable di saat pukulan terhadap ekonomi akibat pandemi Covid-19 telah menyulitkan bank sentral mengejar target inflasi 2%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular