
Waspada IHSG! Bursa Asia Kompak Merah, Hang Seng Drop

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia mayoritas dibuka melemah pada perdagangan Rabu (17/3/2021), mengikuti bursa saham Amerika Serikat (AS) yang mayoritas ditutup melemah akibat data penjualan ritel AS pada Februari 2021 yang mengecewakan.
Tercatat indeks Nikkei Jepang dibuka melemah 0,27%, Hang Seng Hong Kong dibuka turun 0,29%, Shanghai Composite China terdepresiasi 0,32%, dan Straits Times Index (STI) Singapura turun tipis 0,09%.
Sedangkan untuk indeks KOSPI Korea Selatan hari ini dibuka menguat namun cenderung melemah, yakni dibuka naik tipis 0,08%.
Bursa saham Asia cenderung mengikuti bursa saham AS, Wall Street yang mayoritas ditutup melemah, karena sikap wait and see investor jelang gelaran rapat dewan moneter AS dan respons pelaku pasar terkait data penjualan ritel AS yang mengecewakan.
Beralih ke Negeri Paman Sam (AS), bursa saham New York mayoritas ditutup melemah pada perdagangan Selasa (16/3/2021) waktu AS atau Rabu dini hari waktu Indonesia.
Dow Jones Industrial Average (DJIA) melemah 0,39% ke level 32.825,95 dan S&P 500 turun 0,16% ke 3.962,71. Sedangkan Nasdaq Composite masih menguat tipis 0,09% ke 13.471,57.
Saham teknologi AS menjadi penahan indeks Nasdaq ke zona pelemahan, di mana saham-saham raksasa teknologi cenderung menguat, seperti Apple dan Alphabet (induk usaha Google) yang kompak naik di kisaran 1,3%, sementara Amazon tumbuh 0,3%.
Data pertumbuhan penjualan ritel AS pada Februari tahun ini menjadi minus 3%. Namun, angka penjualan Januari direvisi naik menjadi sebesar 7,6% dari angka permulaannya sebesar 5,3%.
Pelaku pasar khawatir imbal hasil (yield) obligasi pemerintah (US Treasury) bakal meninggi. Yield obligasi tenor 10 tahun tersebut bertengger di level 1,62%, sedikit menguat dibandingkan dengan posisi Senin pada 1,61%.
Oleh karenanya, mereka menanti kepastian kebijakan moneter dan proyeksi inflasi Federal Reserve (The Fed) yang menggelar Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Meeting Committee/FOMC), diikuti pidato singkat dari bos bank sentral AS Jerome Powell.
"Pasar akan sangat mudah terpengaruh oleh kata-kata yang ada," tutur Rick Rieder, Direktur Investasi Pasar Surat Utang BlackRock, sebagaimana dikutip CNBC International. "Jika dia tak berkata apa-apa, pasar akan terpengaruh. Jika dia banyak bicara, maka pasar akan tergerak."
Jika imbal hasil meningkat, maka ekspektasi kupon obligasi di pasar primer pun meningkat yang bakal memicu kenaikan beban pembiayaan bagi emiten obligasi dan menekan kinerja keuangannya. Saham teknologi paling tertekan karena sifat bisnis mereka yang rakus modal.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
