Jelang Rilis Data Ekspor-Impor, IHSG Nervous & Masuk Red Zone

Putra, CNBC Indonesia
15 March 2021 09:21
Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona merah pada perdagangan awal pekan Senin (15/3/21). Indeks acuan bursa nasional tersebut terapresiasi 0,26% ke 6.374,76. Selang 15 menit IHSG suda balik arah ke zona merah terkoreksi 0,15% ke level 6.348,43 jelang rilis data ekspor-impor.

Nilai transaksi hari ini sebesar sebesar Rp 1,5 triliun dan terpantau investor asing menjual bersih Rp 55 miliar di pasar reguler.

Asing melakukan pembelian di saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) sebesar Rp 4 miliar dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp 6 miliar.

Sedangkan jual bersih dilakukan asing di saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang dilego Rp 7 miliar dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) yang dijual Rp 7 miliar.

Hari ini sinyal geliat industri manufaktur nasional berpeluang muncul, dari rilis data Badan Pusat Statistik (BPS) soal neraca perdagangan. Namun, rupiah berpeluang tertolong karenasurplusperdagangan diprediksi masih tercetak, sehingga menambah devisa hasil ekspor nasional.

Lembaga yang berkantor di Jalan Sutomo, Pasar Baru, tersebut akan mengumumkan kinerja ekspor Indonesia per Februari 2021 siang nanti. Secara historis, sebelum pandemi, Indonesia merupakan negara yang berlangganan mencetak defisit neraca perdagangan sejakboomingekspor komoditas terhenti.

Tanpa lonjakan nilai ekspor dari komoditas, angka impor pun tak memiliki penyeimbang dan defisit tak terbendung. Pasalnya, struktur manufaktur nasional masih bergantung pada barang modal dan bahan baku impor, dengan kontribusi mencapai 90% dari total impor nasional.

Oleh karena itu, kenaikan impor secara ironis justru membagikan sentimen positif bagi pelaku pasar karena menandakan bahwa aktivitas manufaktur kembali bergeliat, di mana pabrik-pabrik menambah impor stok barang modal ataupun bahan baku untuk mendukung produksi mereka.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesiadari 10 ekonom/analis memperkirakan ekspor tumbuh 6,75% secara tahunan (year-on-year/YoY), sementara impor lompat 11,85%. Meski demikian, neraca perdagangan diproyeksi tetap positif US$ 2,145 miliar.

Hasil polling Revinitif dari 12 ekonom/analis juga cenderung sama, dengan perkiraan lonjakan impor sebesar 12,6% sementara ekspor menguat 8,73%. Dus, Februari diprediksi masih menjadi bulan surplus perdagangan, dengan nilai US$ 2,2 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular