
Mantap Jiwa, Rupiah Jawara Asia!

Berbagai sentimen positif beredar di pasar sehingga investor berani bermain agresif dengan mengoleksi aset-aset berisiko. Pertama, bank sentral Uni Eropa (ECB) mengumumkan akan mempercepat laju pembelian surat berharga di pasar (quantitative easing). Anggaran untuk program yang diberi nama Pandemic Emergency Purchase Programme (PEPP) itu bernilai EUR 1,85 triliun.
"Dewan memperkirakan pembelian aset dalam kerangka PEPP dalam kuartal ke depan akan dilakukan dengan laju yang lebih cepat dibandingkan bulan-bulan awal 2021," sebut keterangan tertulis ECB.
Perkembangan ini membuat pasar keuangan masih menikmati 'banjir' likuiditas. Ekses likuiditas yang melimpah ini akan menciptakan mentalitas 'beli, beli, beli' di pasar sehingga menguntungkan meski buat aset berisiko sekali pun.
Kedua, Presiden AS Joseph 'Joe' Biden telah menandatangani Undang-undang (UU) paket stimulus fiskal bernilai US$ 1,9 triliun. Di dalamnya terdapat anggaran US$ 400 miliar untuk Bantuan Langsung Tunai (BLT). Nilainya US$ 1.400 untuk warga berpenghasilan di bawah US$ 75.000/tahun atau pasangan dengan penghasilan gabungan di bawah US$ 150.000/tahun. Ada pula US$ 350 miliar untuk membantu pemerintah daerah untuk penganganan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) termasuk distribusi vaksin.
BLT diharapkan membuat permintaan rumah tangga Negeri Paman Sam terdongkrak. Ini tidak hanya berdampak positif bagi AS, tetapi juga dunia karena Negeri Adidaya adalah pasar terbesar di planet bumi. Peningkatan permintaan di AS akan mendorong kinerja ekspor berbagai negara, termasuk Indonesia.
Plus, Biden juga mengungkapkan bahwa pemerintah AS akan terus mempercepat vaksinasi anti-virus corona. Melalui pidato di televisi, Biden menginstrusikan kepada seluruh negara bagian untuk memberikan vaksin kepada semua warga dewasa yang layak divaksin pada 1 Mei 2021. Pada akhir Mei, Biden menyebut AS sudah akan memiliki stok vaksin yang dibutuhkan untuk disuntikkan kepada seluruh warga negara.
"Kita telah menghadapi saat-saat paling kelam dalam sejarah, mungkin yang terparah. Saya janji, kita semua akan lebih kuat," tegas Biden, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Ketiga, masih dari AS, pemulihan ekonomi semakin terlihat dari rilis data ketenagakerjaan terbaru. Kementerian Ketenagakerjaan AS melaporkan, jumlah klaim tunjangan pengangguran pada pekan yang berakhir 6 Maret 2021 adalah 712.000, turun dari pekan sebelumnya yang sebanyak 754.000. Klaim 712.000 adalah yang terendah sejak pekan pertama November 2020.
"Kita terus melihat klaim tunjangan pengangguran menurun. Dengan asumsi kasus dan angka kematian karena Covid-19 terus menurun, kami memperkirakan klaim akan semakin berkurang, bahkan cukup drastis, pada musim semi ini," kata Robert Flick, Ekonom Navy Federal Credit Union yang berbasis di Virginia (AS), seperti diwartakan Reuters.
Berbagai sentimen tersebut membuat pelaku pasar bergairah dan tidak keberatan untuk masuk ke aset-aset berisiko di negara berkembang, termasuk Indonesia. Di pasar saham, investor asing membukukan beli bersih Rp 51,12 miliar di pasar reguler sehingga mengantarkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,83% pada pukul 09:45 WIB. Arus modal asing ini juga membantu rupiah untuk menapaki jalur hijau setelah lama berkubang di zona merah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
