Dolar AS Ngeri! Rupiah & Mata Uang Asia Berguguran Semua

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
10 March 2021 16:32
Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah akhirnya melemah lagi melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (10/3/2021). Padahal, nyaris sepanjang perdagangan rupiah menguat, meski tipis.

Melansir data Refintiv, begitu perdagangan dibuka rupiah langsung menguat tipis 0,07% ke Rp 14.380/US$, dan bertahan hingga beberapa menit sebelum perdagangan berakhir.

Di penutupan perdagangan, rupiah akhirnya berbalik melemah tipis 0,03% ke Rp 14.395/US$. Namun, meski melemah, rupiah menjadi yang terbaik di Asia hari ini. Sebab, hingga pukul 15:09 WIB semua mata uang utama Asia melemah melawan dolar AS, dan pelemahan rupiah yang paling kecil.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hari ini.

Yield obligasi (Treasury) dan indeks dolar AS yang kembali menguat pada hari ini membuat rupiah dan mata uang Asia melemah. Hingga sore ini, yield Treasury naik 0,5 basis poin ke 1,549%, sementara indeks dolar AS juga naik 0,17% ke 92,112.

Capital outflow yang mereda dari dalam negeri membuat rupiah mampu menguat nyaris sepanjang perdagangan hari ini, sebelum akhirnya berbalik melemah.

Dalam 2 hari terakhir, capital outflow yang cukup besar terjadi baik di pasar saham Indonesia maupun pasar obligasi, yang membuat rupiah tertekan.

Di pasar saham, data perdagangan menunjukkan investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp 740 miliar kemarin. Sementara awal pekan kemarin net sell tercatat Rp 414 miliar. Artinya dalam 2 hari terjadi capital outflow lebih dari 1,1 triliun.

Sementara pada hari ini, terpantau investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) Rp 79 miliar.

Sementara itu di pasar obligasi, yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun stagnan, setelah sempat naik tajam kemarin dan di awal pekan.

Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi, saat yield naik artinya harga sedang turun, begitu juga sebaliknya. Ketika harga sedang turun, artinya sedang terjadi aksi jual, yang bisa menjadi indikasi capital outflow.

Namun sayangnya, meski capital outflow mereda, dolar AS masih terlalu perkasa hingga membuat rupiah melemah 5 hari beruntun, dan mata uang utama Asia lainnya rontok. 

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular