
Tekanan Makin Besar, Awas Rupiah Bisa Menuju Rp 14.500/US$

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah 0,45% melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan awal pekan kemarin. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak 5 November lalu.
Stimulus fiskal di AS senilai US$ 1,9 triliun yang akan cair di pekan ini bukannya membuat dolar AS melemah, malah semakin perkasa. Hal tersebut terlihat dari indeks dolar yang terus menanjak.
Saat stimulus fiskal cair, jumlah uang yang beredar di perekonomian AS akan bertambah, secara teori dolar AS akan melemah. Tetapi kali ini beda ceritanya, sebab stimulus tersebut berisiko membuat inflasi melesat.
Pasar mengantisipasi tersebut dengan melepas kepemilikan obligasi (Treasury) AS, alhasil yield-nya terus menanjak hingga ke level tertinggi dalam satu tahun terakhir, atau sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi, dan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) belum membabat habis suku bunganya menjadi 0,25%.
Kenaikan yield Treasury yang dipicu prospek pemulihan ekonomi AS serta kenaikan inflasi membuat pasar keuangan global kembali dihantui oleh tapering (pengurangan program pembelian aset atau quantitative easing) The Fed yang dapat memicu taper tantrum.
"Jika pasar mulai percaya The Fed kehilangan kendali terhadap arah pasar obligasi, semua isu mengenai taper tantrum akan kembali muncul," kata Art Cahshin, direktur operasi di UBS, sebagaimana dilansir CNBC International, Jumat (26/2/2021).
Taper tantrum pernah terjadi pada periode 2013-2015, saat itu indeks dolar AS melesat tajam, dan rupiah menjadi salah satu korbannya saat itu. Banyak-banyak taper tantrum tersebut menjadi penekan utama rupiah.
Secara teknikal, rupiah kini berada di atas rerata pergerakan (moving average/MA) 200, sebelumnya juga sudah melewati MA 50 (garis hijau), dan MA 100 (garis oranye). Artinya rupiah kini bergerak di atas 3 MA sehingga tekanan menjadi semakin besar.
Sementara itu, indikator stochastic berada di wilayah jenuh beli (overbought).
![]() Foto: Refinitiv |
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic yang sudah berada di wilayah overbought dalam waktu yang cukup lama membuka ruang bangkitnya rupiah.
Resisten kini berada di kisaran Rp 14.400 - 14.425/US$ yang menjadi target pelemahan hari ini. Jika level tersebut ditembus, maka rupiah berisiko jeblok menuju Rp 14.500/US$.
Sementara itu support berada di kisaran Rp 14.300 - 14.280/US$ (kisaran MA 200). Hanya penembusan di di bawah level tersebut yang dapat mengurangi tekanan bagi rupiah, dan membuka peluang bangkit lebih jauh.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'
