
Dear Investor Saham ANTM-INCO Cs, Ada Kabar Gembira Nih!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar baik bagi emiten produsen nikel di Indonesia. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyatakan holding perusahaan baterai di Indonesia akan terbentuk paling lambat Juli 2021.
Kementerian BUMN memang tengah membentuk konsorsium sejumlah perusahaan BUMN untuk membangun industri baterai terintegrasi dari hulu sampai hilir, namanya PT Industri Baterai Indonesia (IBI).
Ada empat BUMN yang terlibat dari kepemilikan holding BUMN baterai ini dengan masing-masing kepemilikan saham 25%. Mulai dari PT Pertamina (Persero), PT Aneka Tambang Tbk (Antam), PT PLN (Persero) dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) atau MIND ID.
Sebagai gambaran, PT IBI direncanakan bisa membuat baterai listrik hingga total berdaya 195 giga watt (GW) dengan mengonsumsi 150 ribu ton nikel per tahun. Tapi pada tahapan pertama dipatok hanya 33 GW produksi baterai listrik hingga 2030.
"Nilai investasi kalau 33 GW hingga 2030 itu sekitar US$ 13 miliar. Jika kapasitas naik 70% atau 140 GW pada tahap kedua, nilai investasi bisa mencapai US$ 17 miliar. Ini investasi juga dengan mitra luar negeri," jelas Komisaris Utama MIND ID, Agus Tjahajana Wirakusumah, dalam program 'Zooming With Primus: Prospek Pembentukan Holding Baterai' yang juga ditayangkan dalam kanal YouTube BeritaSatu, dikutip Selasa (9/3/2021).
Perusahaan ini juga akan menggandeng LG Energy Solution dan Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL). Proyek ini juga akan melibatkan anak usaha MIND ID atau Inalum yakni ANTM dan PT Timah Tbk (TINS).
Adapun MIND ID juga memiliki 20% saham PT Vale Indonesia (INCO) yang bergerak di tambang nikel dan sudah diakuisisi tahun lalu.
Daur Ulang
Tidak hanya berhenti dalam pembangunan pabrik baterai, namun pengembangan PT IBI ini juga akan membangun pabrik daur ulangnya.
Hal tersebut disampaikan oleh Deputi Investasi dan Pertambangan Kemenko Maritim dan Investasi (Marves) Septian Hario Seto. Dia mengatakan Indonesia bakal mendaur ulang baterai dan sampah nikel lainnya.
"Sudah lengkap, ada tambang, bukan hanya itu saya ada juga recycling," paparnya dalam acara Future Energy Tech and Innovation Forum 2021 yang diselenggarakan Katadata secara virtual, Senin, (08/03/2021).
Jika cadangan sudah habis maka bisa didaur ulang, dan persentase yang bisa didaur ulang menurutnya sangat baik yakni mencapai 99% recovery dari metalnya.
"Ada pengolahan, smelting, recycle sudah mulai membangun, ini penting kalau habis punya kapabilitas dari recycling, Indonesia masih akan unggul," paparnya.
Dari pasar modal, pada perdagangan Senin kemarin (8/3), saham-saham emiten nikel memang tergerus. Saham Antam misalnya ditutup minus 5,79% di posisi Rp 2.280/saham dan year to date naik 18%.
Saham INCO juga ambles 6,21% di posisi Rp 4.830/saham dan year to date minus 5,29%, begitu pula saham TINS turun 5,29% di level Rp 1.790/saham meski year to date naik 21%.
Adapun saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) yang mulai masuk bisnis nikel juga terjerembab 3,32% di posisi Rp 5.100/saham kendati year to date melesat 71%.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Peternak: Atasi Masalah Broker - Harga Ayam, RI Bisa Nyontek Thailand