Round Up Sepekan

SBN Tenor Panjang Diburu, Pendek Dilepas! Ada Apa?

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
06 March 2021 16:15
US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)
Foto: US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah bertenor panjang sepekan ini tertekan, sebagaimana terlihat dari penguatan imbal hasilnya (yield). Namun sebaliknya, obligasi jangka pendek malah diburu.

Kenaikan imbal hasil obligasi di Indonesia terjadi bersamaan dengan naiknya imbal hasil surat utang pemerintah Amerika Serikat (AS) yang memicu kekhawatiran bahwa bank sentral AS akan menghentikan pembelian obligasi di pasar yang memicu fenomena taper tantrum.

Seluruh Surat Berharga Negara (SBN) tenor panjang mencatatkan pelemahan harga secara mingguan yang terlihat dari kenaikan yield mereka. Obligasi pemerintah tenor 30 tahun mencetak reli tertinggi. Sebaliknya, koreksi imbal hasil terjadi hanya pada SBN tenor pendek, dengan koreksi terbesar pada tenor 1 tahun.

Yield bergerak berkebalikan dari harga obligasi, sehingga kenaikan imbal hasil mengindikasikan harga surat utang yang kian murah, demikian juga sebaliknya. Perhitungan imbal hasil dilakukan dalam basis poin yang setara dengan 1/100 dari 1%.

Hal ini mengindikasikan bahwa pasar menyesuaikan harga SBN nasional, agar rentang yield dengan obligasi pemerintah AS tidak mengempis. Selisih (spread) yield SBN acuan tenor 10 tahun dengan yield acuan Treasury AS bertenor sama saat ini sebesar 514,6 basis poin (bp).

Mereka melepas surat utang jangka panjang, sehingga yield obligasi tenor tersebut kian surut. Secara bersamaan, investor memburu obligasi jangka pendek. Fenomena demikian biasanya terjadi ketika pelaku pasar masih khawatir melihat prospek perekonomian nasional ke depannya. Indonesia saat ini masih menghadapi risiko pandemi Covid-19.

Sementara itu, imbal hasil SBN tenor 10 tahun-yang menjadi acuan (benchmark) di pasar tercatat menguat 2,7 bp secara mingguan menjadi 6,625% per Jumat (6/3/2021).

Obligasi pemerintah merupakan aset pendapatan tetap yang dinilai sebagai safe haven. Ia diburu ketika pelaku pasar merasa kondisi ekonomi sedang buruk (sehingga yield melemah) dan dilepas ketika inflasi bakal naik-seperti yang dihadapi AS sekarang-sehingga yield menguat.

Imbal hasil surat utang yang menjadi acuan di AS naik hingga mendekati level 1,54%. Jika level 1,5% terlewati, pasar khawatir terjadi taper tantrum di mana bank sentral AS menghentikan pembelian surat utang di pasar yang bisa memicu gejolak di pasar global.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Asing Berpeluang Banjiri Pasar SBN di 2021

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular