Bagaimana Prospek Saham BBNI di 2021, Simak Analisa Ini!

Donald Banjarnahor, CNBC Indonesia
04 March 2021 13:45
Perkuat Physical Distancing,  Pekerja Indonesia di Singapura Manfaatkan BNI MoRe (dok: BNI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tekanan pasar modal mulai mereda, terbukti dari pergerakan IHSG yang sudah berbalik arah menuju level 6.376 pada penutupan perdagangan Rabu (3/3/2021).

Salah satu saham yang masih mengalami tekanan adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang ditutup melemah di level Rp 6.025 per saham pada perdagangan Selasa.

Saham BBNI bahkan sempat tutrun, dan berada di level terendah yaitu Rp 4.150 pada perdagangan Selasa (14/4/2020). Terkait pergerakan saham BBNI ini, Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, BBNI akhirnya sempat rebound hingga ke level Rp 6.500.

"Sejak rebound BNI itu levelnya di sekitar Rp 6.500-an. Menurut saya dalam jangka pendek kinerja lebih baik bisa kembali ke Rp 6.500. Kalau lebih dari itu, harus melihat makro-ekonomiIndonesia," ujarnya kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Rabu (3/3/2021).

Menurutnya, jika pertumbuhan ekonomi Indonesia membaik maka akan banyak pihak yang membutuhkan pendanaan. Dalam hal ini, bank akan menjadi pihak yang menjadi penopang dari permodalan tersebut.

"Fokus BNI fokus permodalan. Asumsinya vaksinasi tahun ini, semester 2 di saat itu harapanya penyaluran kredit naik lagi. Apalagi pemerintah banyak insentif," imbuhnya.

Menurutnya, valuasi saham BBNI memang paling murah dibanding dengan 4 bank besar lainnya. Namun, bukan berarti BNI tidak punya prospek ke depannya. "Apakah masih punya prospek, modal masih kuat. Bank Buku IV di RI. Ketika ekonomi membaik, BNI pasti akan ikut membaik," ujarnya.

Selanjutnya, Analis NH Korindo, Anggaraksa Arismunandar mengatakan harga saham BNI dalam satu tahun ke depan akan berada di kisaran Rp 7.950per saham.

"Kami menaikkan peringkat BBNI dari menjadi BUY dengan target harga Rp 7.950. Harga target kami mencerminkan price book value 1,24 kali (rata-rata 3 tahun terakhir). Saat ini, BBNI diperdagangkan pada level 1,05 kali," ujar dia dalam laporannya.

Sebagai informasi, Per akhir tahun 2020 nilai buku BBNI berada di angka Rp 5.909/unit sehingga saat ini di harga Rp 5.925/unit, BBNI ditransaksikan dengan valuasi harga dibandingkan dengan nilai buku (PBV) sebesar 1 kali.

Angka ini tentu saja sangat murah mengingat PBV rata-rata di industri perbankan berada di angka 1,7 kali. Bahkan secara historis, BBNI biasanya ditransaksikan di level PBV 1,35 kali yang menunjukkan potensi keuntungan mencapai 35% apabila harga BBNI kembali ke rata-rata PBV historisnya.

Sementara itu, total kredit yang tersalurkan BNI pada tahun lalu mencapai Rp 551,79 triliun. Adapun kredit yang direstrukturisasi sebesar Rp 102,39 triliun atau setara dengan 18,6% dari total portofolio kredit.

Secara nominal maupun persentase jumlah kredit yang direstrukturisasi oleh BBNI paling banyak adalah segmen korporasi sebesar Rp 44,22 triliun atau lebih dari total kredit yang direstrukturisasi.

Mengingat kredit BBNI ditopang oleh sektor korporasi, maka dengan diberlangsungkanya vaksinasi massal dan berputarnya kembali roda perekonomian di Indonesia maka, BBNI diprediksikan akan menjadi perbankan dengan pertumbuhan paling baik di tahun 2021.

Hal ini karena korporasi yang tadinya kreditnya terpaksa macet karena pandemi, sudah dapat lancar kembali setelah roda perekonomian berputar. Hal ini tentu saja akan memangkas NPL BBNI di tahun 2021 dan mengurangi pencadangan sehingga meningkatkan laba bersih.

Selain itu low base effect juga diprediksikan sanggup menjadikan BBNI perbankan raksasa dengan pertumbuhan paling jumbo di tahun 2021.

Biaya kredit BBNI sejatinya naik dari 1,6% pada 2019 menjadi 4,1% di 2020. Apabila ditinjau lebih lanjut salah satu pemicu utama turunnya laba BBNI adalah kenaikan pencadangan. Di tahun pandemi, provisi BBNI naik 155,6% menjadi Rp 22,59 triliun.

Dengan prospek ekonomi yang sudah kembali berputar pasca vaksinasi massal, kemungkinan besar pencadangan ini akan bisa dikembalikan sebagai laba di tahun-tahun mendatang.

Peningkatan dana murah (CASA) BBNI sebesar 13,4% membuat biaya dana atau cost of funds (CoF) BBNI turun dari 3,2% di tahun 2019 menjadi 2,6% tahun lalu. Seiring dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang lebih baik, kinerja keuangan BBNI akan ikut terdongkrak.

Manajemen BBNI mematok pertumbuhan kredit di angka 6-9% tahun ini. Net Interest Margin (NIM) ditarget di 4,6-4,8%. dan biaya kredit turun menjadi 3,3% - 3,6%. Likuiditas longgar serta rasio kecukupan modal yang memadai akan turut mendukung kinerja BBNI di tahun 2021.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular