
PDB Tumbuh 3,1%, Dolar Australia Tembus Rp 11.200

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat melawan rupiah pada perdagangan Rabu (3/3/2021) pagi, melanjutkan penguatan sejak awal pekan lalu.
Melansir data Refinitiv, dolar Australia menguat 0,23% ke Rp 11.206,91/AU$ di pasar spot. Sejak awal pekan hingga ke level tersebut dolar Australia sudah menguat 2,14%, dan mendekati lagi level tertinggi dalam nyaris 7 tahun terakhir Rp 11.273,86/AU$ yang dicapai pada pekan lalu.
Rilis data pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari ekspektasi membuat dolar Australia perkasa. Biro Statistik Australia pagi tadi melaporkan produk domestik bruto (PDB) kuartal IV-2020 tumbuh 3,1% dari kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/QtQ).
Rilis tersebut lebih tinggi dari hasil survei Reuters terhadap para ekonomi yang memprediksi pertumbuhan sebesar 2,5%. Di kuartal III-2020, PDB Australia juga tumbuh 3,4%, tetapi sepanjang tahun 2020 mengalami kontraksi 1,1%.
Hal tersebut terjadi akibat kontraksi tajam 7% di kuartal II-2020 dan 0,3% di kuartal I-2020.
Pemulihan ekonomi Australia disebut membentuk kurva V-shape, meski pasar tenaga kerja dikatakan masih lemah, begitu juga dengan inflasi.
"Pemulihan ekonomi V-shape terjadi dimana-mana, pertumbuhan ekonomi, pasar tenaga kerja, penjualan ritel, hingga pasar perumahan," kata Craig James, ekonom di CommSec, sebagaimana dilansir Reuters Rabu (3/3/2021).
"Namun, pekerjaan masih belum selesai. Perekonomian masih sekitar 1% lebih rendah ketimbang satu tahun yang lalu. Tingkat pengangguran masih terlalu tinggi, inflasi serta pertumbuhan gaji masih terlalu rendah," tambahnya.
Kemarin, bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) mempertahankan suku bunga 0,1% guna membantu perekonomian.
"Kebijakan moneter yang ditetapkan saat ini terus membantu perekonomian dengan bunga pinjaman yang murah," kata Gubernur RBA, Philip Lowe, sebaimana dilansir News.com.au, Selasa (2/3/2021).
Lowe juga mengatakan suku bunga masih akan tetap rendah sampai inflasi mencapai target 2% sampai 3%
"Dewan Gubernur tidak akan menaikkan suku bunga sampai inflasi aktual secara substansial berada di dalam rentang 2% sampai 3%," kata Lowe.
Menurut Lowe, agar itu tercapai, pertumbuhan gaji harus lebih tinggi dari saat ini. Dan agar pertumbuhan bisa gaji bisa lebih tinggi maka pasar tenaga kerja perlu perbaikan lebih lanjut, hingga menjadi ketat.
Biro Statistik Australia pada Kamis (18/2/2021) lalu melaporkan tingkat pengangguran turun 6,4% di bulan Januari, dari bulan sebelumnya 6,6%. Tingkat pengangguran tersebut merupakan yang terendah sejak April 2020.
Selain itu, sepanjang bulan Januari terjadi perekrutan tenaga kerja sebanyak 29.100 orang. Artinya, perekonomian Australia mulai bergeliat setelah mengalami resesi terparah sepanjang sejarah akibat serangan virus corona (Covid-19).
Namun penurunan tingkat pengangguran masih belum cukup, sebab Dewan Gubernur RBA melihat kondisi pasar tenaga kerja yang ketat tidak akan tercapai hingga tahun 2024. Artinya suku bunga rendah masih akan ditahan hingga 3 tahun ke depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022
