Analisis Teknikal

Aroma Cuan! Sesi 2 IHSG Masih Bakal Bertahan Hijau

Putra, CNBC Indonesia
01 March 2021 13:19
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia -Awet di zona hijau, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat pada perdagangan sesi pertama Senin (1/3/2021), dipicu optimisme kian dekatnya stimulus Amerika Serikat (AS) dan turunnya kasus Covid-19 di Indonesia.

IHSG dibuka naik 0,64% ke 6.281,85 dan berakhir di level 6.309,838 pada penutupan sesi pertama, alias melesat 1,09% (68 poin). Menurut data RTI, sebanyak 292 saham menguat, 154 tertekan dan 174 lainnya flat.

Transaksi bursa kembali meningkat dengan 12,5 miliar lebih saham diperdagangkan, sebanyak 834.000-an kali. Namun nilai transaksi bursa masih terbatas yakni sebesar Rp 7,7 triliun, atau jauh dari nilai transaksi di periode awal Januari yang menyentuh Rp 12 triliun (pada sesi 1 saja).

Mayoritas investor asing memilih memborong saham dengan nilai pembelian bersih (net buy) Rp 122,4 miliar di pasar reguler. Namun di pasar negosiasi aksi jual oleh investor asing masih unggul, dengan nilai jual bersih Rp 2,8 miliar.

Dari AS, DPR AS sepakat mengesahkan proposal Presiden Joe Biden untuk mengeluarkan stimulus senilai US$ 1,9 triliun. Selanjutnya, pembahasan akan beralih di Senat sebelum stimulus tersebut benar-benar direalisasikan.

Sementara itu, dari dalam negeri muncul kabar penurunan kasus Covid-19. Kasus positif infeksi virus corona (Covid-19) di Indonesia bertambah 5.560 orang pada Minggu (28/2/2021). Jumlah ini terus melandai dibanding hari sebelumnya yang mencapai 6.208 kasus.

Selanjutnya, IHS Markit melaporkan aktivitas manufaktur Indonesia yang diukur dariPurchasing Managers' Index(PMI) berada di 50,9 untuk periode Februari 2021. PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula, jika di atas 50 maka dunia usaha masih melakukan ekspansi.

Akan tetapi, skor PMI manufaktur Tanah Air melorot dibandingkan Januari 2021 yang mencapai 52,2. Pencapaian Januari 2021 adalah yang terbaik dalam 6,5 tahun terakhir.

"Ada sinyal kesehatan sektor manufaktur yang terjadi sejak November 2020 memburuk. Produksi terus naik, hingga empat bulan berturut-turut, tetapi lajunya melambat. Perlambatan produksi berarti ada penurunan pasokan barang jadi," sebut keterangan tertulis IHS Markit.

Andrew Harker, Economics Director IHS Markit, menyatakan bahwa peningkatan kasus positif corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di Indonesia masih menjadi faktor utama penghambat aktivitas produksi. Namun walau ada perlambatan, Harker menilai sektor manufaktur Ibu Pertiwi masih tahan banting (resilient).

Sementara itu Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data inflasi Indonesia periode Februari 2021. Hasilnya tidak jauh dari ekspektasi pasar..

Pada Senin (1/3/2021), Kepala BPS Suhariyanto melaporkan laju inflasi nasional bulan lalu adalah 0,1% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/MtM). Ini membuat inflasi tahunan (year-on-year/YoY) menjadi 1,38%.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi Februari 2021 adalah 0,08% MtM. Sementara dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya adalah 1,36%.

Sedangkan konsensus Reuters memperkirakan inflasi Februari 2021 berada di 0,9% MtM. Inflasi tahunan diperkirakan 1,38%.

Analisis Teknikal

IHSGFoto: Tri Putra/CNBC Indonesia
IHSG

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area batas atas dengan BB yang kembali menyempit maka pergerakan IHSG selanjutnya cenderung terapresiasi.

Untuk mengubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 6.325. Sementara untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 6.268.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI berada di area 59 yang belum menunjukkan adanya indikator jenuh beli maupun jenuh jual akan tetapi RSI terkonsolidasi naik setelah sebelumnya mendekati level jenuh jual yang menunjukkan Indeks berpeluang menguat.

Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB di batas atas, maka pergerakan selanjutnya cenderung bearish. Hal ini juga terkonfirmasi dengan indikator RSI yang terkonsolidasi naik.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular