
Top Banget! STI Singapura Selamat, Bursa Lainnya Babak Belur

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia mayoritas ditutup melemah pada perdagangan Rabu (24/2/2021), di tengah beragamnya sikap investor terkait pernyataan bank sentral Amerika Serikat (AS) terkait kebijakan suku bunga acuan dan inflasi.
Hanya indeks Straits Times Singapura yang ditutup di zona hijau pada hari ini, yakni melesat 1,17% ke level 2.924,58.
Sedangkan sisanya ditutup di zona merah pada hari ini, di mana pelemahan indeks Hang Seng Hong Kong yang paling parah dibandingkan dengan indeks saham Asia. Indeks saham Hang Seng ditutup amblas 2,99% ke level 29.718,24, setelah pemerintah berencana akan menaikkan tarif bea materai atas transaksi saham.
Kekhawatiran kenaikan bea materai di Hong Kong tersebut juga memicu pelemahan bursa saham Asia lainnya. Indeks KOSPI Korea Selatan menduduki posisi kedua setelah Hang Seng, di mana indeks saham acuan Negeri Ginseng tersebut ambrol 2,45% ke 2.994,98.
Sedangkan untuk indeks Shanghai Composite China ditutup ambles 1,99% ke 3.564,08 dan Nikkei Jepang terperosok 1,61% ke 29.671,69.
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga ikut terperosok Bersama dengan indeks utama Asia lainnya pada hari ini, di mana indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup melemah 0,35% ke level 6.251,05.
Data perdagangan mencatat nilai transaksi hari ini mencapai Rp 16,97 triliun dan terpantau investor asing membeli bersih Rp 245 miliar di pasar reguler.
Di Hong Kong, pemerintah setempat hari ini mengumumkan akan menaikkan bea materai pada perdagangan saham di pusat keuangan global di negara tersebut.
Bea meterai yang dikenakan pada transaksi saham tersebut akan dinaikkan dari sebelumnya sebesar 0,1% akan menjadi 0,13%.
Hal itu membuat bursa saham Hong Kong terjatuh pada perdagangan hari ini, bahkan koreksi bursa saham Hong Kong tersebut merupakan koreksi yang paling parah sejak 5 tahun terakhir.
Sekretaris Keuangan Hong Kong, Paul Chan menyatakan bahwa keputusan itu diambil setelah mempertimbangkan dampaknya pada pasar sekuritas dan daya saing internasional.
"Pemerintah akan terus berupaya keras dalam melakukan langkah-langkah untuk memfasilitasi perkembangan pasar sekuritas, sehingga dapat membawa sektor jasa keuangan kita ke level berikutnya," kata Chan.
Selain itu, pemerintah menaikkan bea materai atas transaksi saham untuk menambah anggaran bantuan untuk penduduk yang terdampak dari pandemi virus corona (Covid-19).
Namun, para pengamat pasar di Hong Kong mengatakan kenaikan bea meterai tidak akan berdampak panjang, karena pelaku pasar sudah mengetahui pengeluaran pemerintah yang sangat besar untuk mengatasi pandemi COVID-19.
"Pasar saham tahun lalu sangat bagus, dan juga ringan ... kenaikan bea materai ini, saya kira tidak akan membawa dampak negatif yang terlalu besar pada perdagangan saham di Hong Kong," kata Steven. Leung, Head of Institutional Sales di UOB Kay Hian.
Selain dari naiknya bea materai untuk transaksi saham di Hong Kong, pelemahan bursa saham Asia hari ini juga disebabkan dari respons variatif pelaku pasar terkait dengan outlook ekonomi Negara Adidaya. Kemarin, bos bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) Jerome Powell berpidato di depan Komite Perbankan Senat.
Powell mengatakan bahwa ekonomi AS masih menghadapi jalan panjang untuk bisa mencapai target inflasi dan pembukaan lapangan kerja sehingga perlu kebijakan substansial lanjutan. Dia menilai inflasi masih "lunak" sehingga kebijakan sekarang akan dipertahankan.
Komentar tersebut membuat indeks Dow Jones Industrial Average kemarin berbalik dari koreksi masif, dan menutup perdagangan di zona hijau. Namun, kekhawatiran inflasi masih mengemuka di tengah lonjakan imbal hasil (yield) obligasi acuan pemerintah AS.
Investor khawatir lonjakan harga akibat gelontoran stimulus bisa memaksa bank sentral menaikkan suku bunga acuan untuk kredit berjangka waktu pendek.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
