
Tentang Utang RI Rp 6.000 T, Apa Iya Seserem Itu?

Jakarta, CNBC Indonesia - Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Komunikasi Strategis Yustinus Prastowo menjelaskan pembiayaan APBN Indonesia dalam 6 tahun terakhir cukup tinggi. Tapi, masih aman jika dibandingkan dengan negara lain.
"Dalam 5 tahun terakhir, pengelolaan APBN sebenarnya sangat prudent dan ditunjukkan dengan kehati-hatian yang tinggi. Penerbitan utang bisa dipertanggungjawabkan semua akuntabel," jelas Yustinus dalam webinar yang diselenggarakan oleh Kantor Staf Presiden (KSP), Selasa (23/2/2021).
Penarikan utang pada 2020, sambung Prastowo juga lebih besar karena dampak pandemi Covid-19. Oleh karena itu, pemerintah pun menetapkan kebijakan untuk melebarkan defisit APBN di atas 3%.
Pada 2020, defisit APBN Indonesia dialokasikan hingga mencapai 6,09% dari PDB (Produk Domestik Bruto). Menurut Yustinus alokasi defisit tersebut masih cukup moderat dibandingkan dengan negara lain yang defisit fiskalnya menyentuh dua digit. Bahkan ada yang sampai 20% dari PDB.
"Proyeksi utang kita dibandingkan negara lain paling rendah. Rasio utang publik kita paling rendah dan di ASEAN utang kita paling kecil. Ini sekaligus klarifikasi, banyak tuduhan seolah kita ini tukang utang dan utang kita sudah tidak aman," jelas Yustinus.
Dalam 10 tahun terakhir, kata Yustinus, rasio utang Indonesia bisa tetap dijaga hingga di bawah 30%. Kemudian dalam proses pembayaran cicilan pokok dan bunga utang, kata Yustinus dalam beberapa tahun terakhir cenderung lebih rendah dan stabil. Kecuali pada 2020, karena adanya pandemi Covid-19.
Dalam paparannya, Yustinus menyampaikan, pada tahun 2000, total utang RI mencapai Rp 1.232,78 triliun, dengan pembayaran bunga utang Rp 50,07 triliun atau 4,06%. Sementara pembayaran cicilan pokok saat itu hanya Rp 33,05 triliun atau 2,6%.
Kemudian pada 2020, utang Indonesia naik lagi menjadi Rp 6.074,56 triliun dengan pembayaran bunga utang Rp 314 triliun (data sementara). Sehingga persentasenya mencapai 5,17%. Namun, pembayaran cicilan pokok sudah lebih tinggi yaitu Rp 444,14 triliun atau 7,3%.
Dari tahun 2000 sampai 2009, pembayaran bunga utang cenderung fluktuatif. Pernah naik hingga 7,16% pada 2002, tapi pernah juga turun menjadi 4,39% pada 2005. Kemudian pada 2010 sampai sekarang, rasionya stabil pada kisaran 4% sampai 5%.
"Perkembangan cicilan pokok dan bunga utang pemerintah relatif stabil bisa terjaga dengan baik," jelas Yustinus.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani saat pertemuan dengan pemimpin redaksi media massa, Selasa (16/2/2021) juga mengatakan, pelebaran defisit di Indonesia lebih moderat dibanding negara ASEAN dan G20.
"Rasio utang publik Indonesia tetap termasuk yang paling rendah. Pertambahan utang di 2020 juga salah satu yang paling kecil di antara negara ASEAN dan G20," paparnya.
Sri Mulyani memaparkan data jumlah besaran utang beberapa negara yang meningkat sepanjang 2020 karena hantaman pandemi yang terjadi.
Dari data yang dipaparkan, defisit anggaran Amerika Serikat (AS) pada 2020 adalah 14,9% , naik dari 2019 yang hanya 4,9%. Rasio utang pemerintah AS juga naik dari 108,7% dari PDB di 2019 menjadi 131,2% di 2020.
Kemudian China, defisit anggarannya di 2019 adalah 4,3% dan naik menjadi 11,9% dari PDB di 2020. Rasio utangnya juga naik dari 52% di 2019 menjadi 61,7% di 2020.
Untuk negara tetangga, Sri Mulyani memaparkan Malaysia. Negeri jiran ini defisit anggarannya naik dari 2,9% di 2019 menjadi 6,5% di 2020. Sementara rasio utangnya naik dari 57,2% di 2019 menjadi 67,6% di 2020.
Filipina juga begitu, defisit anggarannya bengkak dari 0,7% di 2019 menjadi 8,1% di 2020. Sementara rasio utangnya naik dari 37% di 2019 menjadi 48,9% di 2020.
Singapura mengalami hal yang sama. Anggaran negeri singa ini awalnya surplus 3,9% di 2019, kemudian menjadi defisit 10,8% di 2020. Rasio utangnya juga naik dari 130% di 2019 menjadi 131,2% di 2020.
Untuk Indonesia dibilang relatif aman oleh Sri Mulyani, karena defisit anggaran pemerintah Indonesia di 2019 adalah 2,3% dan naik jadi 6,1% di 2020. Sementara rasio utang pemerintah Indonesia naik dari 30,5% di 2019 menjadi 38,5% di 2020.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rasio Utang RI Capai 38%, Ini Penjelasan Sri Mulyani