
Betah di 6.200, IHSG Sesi 2 Belum Masih Tak Beranjak

Jakarta, CNBC Indonesia-Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau pada sesi pertama perdagangan Selasa (23/2/21). Indeks acuan bursa nasional tersebut naik tipis 0,07% ke 6.259,97.
Nilai transaksi pagi ini sebesar sebesar Rp 7,1 triliun dan terpantau investor asing membeli bersih Rp 65 miliar di pasar reguler. 219 saham terapresiasi, 247 terkoreksi, sisanya 159 stagnan.
Dari pasar global, Pemerintah AS masih terus berupaya untuk menggelontorkan stimulus fiskal bernilai jumbo. Kombinasi Joe Biden dan Janet Yellen dinilai mampu untuk membawa perekonomian terbesar di dunia tersebut pada pemulihan dengan ditopang oleh bantuan fiskal senilai US$ 1,9 triliun.
Dari sisi moneter, bos The Fed yakni Jerome Powell juga berulang kali menegaskan bahwa pengetatan moneter adalah hal yang prematur untuk dilakukan saat ini. Tapering belum akan dilakukan dan suku bunga tak akan dinaikkan setidaknya untuk kurun waktu dua tahun ke depan.
Era suku bunga rendah dan likuiditas yang berlimpah memang saat yang tepat untuk berinvestasi ke aset-aset berisiko seperti saham. Hal inilah yang membuat harga saham-saham di berbagai negara tak terkecuali Indonesia berangsur-angsur pulih.
Analisis Teknikal
![]() IHSG Teknikal |
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area batas atas dengan BB yang kembali menyempit maka pergerakan IHSG selanjutnya cenderung sideways.
Untuk mengubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 6.300. Sementara untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 6.223.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 51 yang belum menunjukkan adanya indikator jenuh beli ataupun jenuh jual sehingga pergerakan indeks cenderung netral alias sideways.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB di batas atas dan mulai menyempit, maka pergerakan selanjutnya cenderung terbatas. Hal ini juga terkonfirmasi dengan indikator RSI yang netral.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500