Duh Sial Banget, Deretan Saham Bank Mini Dibuka Langsung ARB!

Jakarta, CNBC Indonesia - Nasib sial dialami oleh beberapa saham bank-bank mini alias bank BUKU II (bank dengan modal inti Rp 1 triliun hingga Rp 5 triliun) pada hari ini, di mana beberapa saham bank-bank mini pada awal perdagangan sesi I Jumat (19/2/2021) dibuka ambles dan langsung masuk level auto rejection bawah (ARB).
Padahal, 2 hari belakangan, saham bank-bank mini sempat meroket. Namun, meroketnya saham bank mini tersebut mulai mereda sejak awal perdagangan sesi kedua Kamis (18/2/2021) kemarin.
Berikut gerak saham bank mini yang sudah menyentuh level ARB-nya pada perdagangan sesi I hari ini.
Tercatat setidaknya ada 6 saham bank mini yang langsung menyentuh ARB saat pembukaan pasar. Di posisi pertama dan kedua, lagi-lagi diduduki oleh saham PT Bank Ganesha Tbk (BGTG) dan PT Bank Artha Graha Internasional Tbk (INPC) yang sama-sama ditutup ambrol 6,93% ke level Rp 94/unit.
Data perdagangan mencatat nilai transaksi saham BGTG mencapai Rp 2,2 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 23,3 juta lembar saham. Karena langsung menyentuh ARB saat pembukaan pasar, maka tidak ada investor yang masuk di saham BGTG
Sementara, nilai transaksi saham INPC mencapai Rp 1,8 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 19,4 juta lembar saham. Seperti saham BGTG, asing juga tidak ada yang masuk di saham INPC
Sedangkan, saham terkena ARB yang paling minor dialami saham PT Bank Victoria International Tbk (BVIC) yang ambrol 6,83% ke posisi Rp 150/unit pada pembukaan sesi I hari ini dan juga langsung menyentuh level ARB-nya.
Adapun nilai transaksi saham BVIC mencapai Rp 843 juta dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 5,7 juta lembar saham. Namun, asing berhasil masuk di saham BVIC melalui pasar reguler sebanyak Rp 3 juta.
Sebelumnya, sentimen yang membuat harga saham bank-bank kecil tersebut meroket selama 2 hari belakangan adalah spekulasi para pelaku pasar terhadap konsolidasi perbankan di mana berdasarkan Peraturan OJK (POJK) Nomor 12/POJK.03/2020, bank diharuskan memiliki modal inti minimum bank umum sebesar Rp 2 triliun pada tahun ini dan minimal Rp 3 triliun tahun depan.
Dengan demikian, bank-bank dengan modal yang terbatas terpaksa mencari investor strategis untuk menambah modal intinya.
Namun, setelah rumor tersebut dibantah dari beberapa pihak perusahaan, saham bank-bank kecil tersebut langsung berbalik arah dan terpuruk pada penutupan perdagangan sesi kedua kemarin.
Sebagai informasi, pada 2017 terjadi fenomena yang mirip ketika PT Bank Ganesha Tbk (BGTG) dan PT Bank Harda Indonesia Tbk (BBHI) dirumorkan akan dicaplok oleh PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) untuk dijadikan bank digital.
Saham BGTG dan BBHI langsung melesat kencang mirip dengan kejadian saat ini, setelah rumor tersebut dibantah dan ternyata BBCA malah tidak memilih kedua bank tersebut dan meminang Bank Royal Indonesia.
Akibatnya saham BGTG dan BBHI langsung drop parah. BBHI yang sempat terbang hingga level Rp 356/saham terpaksa anjlok parah 72% ketika ternyata rumor tersebut terbukti tidak benar.
Sedangkan BGTG yang sempat terbang hingga harga Rp 214/saham terpaksa tumbang dan menyisakan kerugian mencapai 64% bagi yang nyangkut di 'pucuk'.
Bahkan investor yang membeli BGTG di harga pucuk masih 'nyangkut' dan masih belum bisa keluar sampai saat ini karena harganya belum kembali ke level tertingginya 2017 silam selang 3 tahun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
(chd/chd)