Mata Uang Asia 'Terbakar', Rupiah Paling Parah!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 February 2021 10:13
Ilustrasi Investasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah juga tersungkur di perdagangan pasar spot.

Pada Jumat (19/2/2021), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp Rp 14.085. Rupiah melemah 0,18% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Rupiah juga merah di 'gelanggang' pasar spot. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.050 di mana rupiah melemah 0,29%.

Kala pembukaan pasar spot, rupiah sudah melemah 0,14%. Seiring perjalanan, depresiasi rupiah semakin dalam.

Namun rupiah tidak sendiri. Mayoritas mata uang utama Asia pun tidak berdaya menghadapi dolar AS. Sejauh ini hanya yuan China yang masih bisa menguat. Dengan depresiasi 0,29%, rupiah sah jadi mata uang terlemah di Asia.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 10:03 WIB:

Halaman Selanjutnya --> Kebangkitan Ekonomi Rasanya Masih Lama...

Tidak hanya di Asia, dolar AS juga perkasa di tataran global. Pada pukul 09:20 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,3%.

Investor memilih bermain aman karena data ekonomi terbaru menunjukkan bahwa jalan menuju pemulihan ekonomi akibat pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) rasanya masih panjang dan melelahkan. Pandemi terlanjur meninggalkan luka yang terlampau dalam sehingga butuh waktu untuk disembuhkan.

Di AS, jumlah klaim tunjangan pengangguran pada pekan yang berakhir 13 Februari 2021 naik 13.000 dibandingkan pekan sebelumnya menjadi 861.000. Jauh di atas konsensus pasar yang dihimpun Reuters dengan perkiraan jumlah klaim 765.000.

"Walau sepertinya ekonomi pada kuartal I-2021 menunjukkan perbaikan, tetapi belum menular ke pasar tenaga kerja," ujar Conrad DeQuadros, Senior Economic Advisor di Brean Capital yang berbasis di New York (AS), seperti dikutip dari Reuters.

Perkembangan ini membuat pelaku pasar enggan mengambil risiko dan memilih bermain aman. Rendahnya risk appetite sudah tercium di bursa saham New York, di mana dini hari tadi waktu Indonesia tiga indeks utama ditutup di zona merah. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,38%, S&P 500 terkoreksi 0,44%, dan Nasdaq Composite berkurang 0,72%.

Koreksi di Wall Street berlanjut ke Asia. Bursa saham Asia didominasi warna merah, tidak terkecuali Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Berikut perkembangan indeks saham utama Asia pada pukul 09:36 WIB:

Kondisi ini jelas menggambarkan bahwa investor sedang sangat mempedulikan risiko (risk-on). Akibatnya, aset aman seperti dolar AS kebanjiran peminat. Tidak heran nilai tukarnya menguat, termasuk di hadapan rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular