Belum Seragam, Mayoritas Bursa Asia Hijau Kecuali Singapura

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
18 February 2021 08:42
Bursa Singapura (REUTERS)
Foto: Bursa Singapura (REUTERS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia dibuka beragam cenderung menguat pada Kamis (18/2/2021), seiring dibukanya kembali pasar saham China pada hari ini setelah libur tahun baru Imlek.

Tercatat indeks Nikkei Jepang dibuka menguat 0,13% ke level 30.332,74, Hang Seng Hong Kong tumbuh 0,32% ke 31.183,36, dan Shanghai Composite China melesat 1,81% ke 3.721,09 setelah libur panjang tahun baru Imlek.

Sedangkan indeks KOSPI Korea Selatan dibuka melemah 0,22% ke level 3.126,94 dan Straits Times Index (STI) Singapura turun tipis 0,02% ke 2.919,71

Beralih ke Negeri Paman Sam, bursa saham Wall Street ditutup beragam cenderung melemah pada perdagangan Rabu (17/2/2021) waktu setempat

Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 90,27 poin atau 0,29% ke level 31.613,02. Sedangkan S&P 500 ditutup melemah 1,26 poin atau terkoreksi tipis 0,03% ke level 3.931,33 dan Nasdaq Composite turun 82 poin atau terpangkas 0,58% ke 13.965,50.

Pemerintah AS merilis data penjualan ritel per Januari melesat 5,3%, atau jauh lebih tinggi dari ekspektasi ekonom dalam survey Dow Jones yang memprediksi penjualan ritel akan naik 1,2%, setelah melemah 0,7% pada Desember.

Tanda adanya tekanan harga muncul dari pembalikan ekonomi yang memicu pencairan stimulus fiskal dan moneter.

Departemen Perdagangan mengumumkan indeks harga produsen, yang mencerminkan harga yang diterima produsen dari barang dan jasa, naik 1,3% pada Januari, tertinggi sejak Desember 2009.

Sementara itu, semua peserta rapat di FOMC mendukung keputusan untuk tetap mempertahankan kebijakan moneter yang akomodatif.

The Fed telah berjanji untuk mempersempit suku bunga hingga mendekati level nol sampai inflasi naik menjadi 2% dan tampaknya akan melebihi tujuan itu.

"Pasar secara akurat mencerminkan kombinasi suku bunga rendah yang berkelanjutan dan akomodatif" kata Oliver Pursche, President of Bronson Meadows Capital Management di Fairfield, Connecticut.

Namun sikap akomodatif The Fed, ditambah dengan usulan paket stimulus senilai US$ 1,9 triliun dari Presiden Joe Biden untuk bantuan pandemi, membuat beberapa analis memperingatkan akan datangnya lonjakan inflasi.

Akibatnya, beberapa investor khawatir bahwa Fed mungkin harus mengubah arah lebih cepat dari yang diharapkan.

Kekhawatiran tersebut telah didukung oleh kenaikan tajam dari imbal hasil (yield) obligasi acuan (benchmark) AS (Treasury) yang telah berkontribusi pada penurunan pasar baru-baru ini, dengan investor mengambil keuntungan dari saham teknologi di pasar saham.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular