Duh..Perasaan Gak Enak! Bursa Asia Pagi-pagi Ambles

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
17 February 2021 08:50
A panel displays the closing morning trading Hang Seng Index outside a bank in Hong Kong, China February 6, 2018. REUTERS/Bobby Yip
Foto: Bursa Hong Kong (REUTERS/Bobby Yip)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia dibuka melemah pada perdagangan Rabu (17/2/2021), menyusul bursa saham Amerika Serikat (AS) yang ditutup beragam cenderung melemah pada Selasa (16/2/2021) waktu setempat.

Tercatat indeks Nikkei Jepang dibuka melemah 0,58%, Hang Seng Hong Kong terkoreksi 0,36%, Straits Times Index (STI) Singapura terperosok 0,73%, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,72%.

Sementara itu, untuk bursa saham China (Shanghai Composite) masih belum dibuka karena masih libur panjang tahun baru Imlek hingga hari ini.

Di Asia, data ekonomi yang telah dirilis adalah data neraca perdagangan dan ekspor-impor Jepang periode Januari 2021.

Berdasarkan data dari Trading Economics, ekspor Negeri Sakura tersebut naik menjadi 6,4% di Januari 2021 dari sebelumnya di angka 2% pada Desember 2020. Tercatat impor juga mengalami kenaikan walaupun masih di zona negatif, yakni naik menjadi -9,5% di Januari 2021.

Adapun neraca dagang Jepang turun menjadi ¥-323,9 miliar dari sebelumnya di Desember 2020 sebesar ¥ 749,6 miliar.

Beralih ke Amerika Serikat (AS), Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 64,35 poin atau 0,2% ke level 31.522,75. Pendorong penguatan Dow Jones adalah saham sektor siklikal yang menguat karena prospek bantuan fiskal corona.

Namun untuk S&P 500 ditutup melemah 2,24 poin atau turun tipis 0,06% ke level 3.932,59 dan Nasdaq Composite terkoreksi 47,97poin atau 0,34% ke 14.047,5.

S&P 500 mundur dari level tertingginya karena kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah (Treasury) acuan AS pada perdagangan kemarin

Yield US Treasury Bond tenor 10 tahun naik 3,2 bps ke 1,232% pada perdagangan Selasa (16/2/2021) dan menyentuh level tertingginya sejak Maret 2020.

Kenaikan yield menandakan bahwa surat utang pemerintahan Presiden Joseph 'Joe' Biden memang sedang mengalami tekanan jual. Harga pun semakin murah.

Namun pada satu titik, tingginya yield dan murahnya harga obligasi pemerintah AS akan membuat investor melirik. Hasilnya, arus modal asing yang awalnya berkerumun di pasar keuangan negara berkembang, kini beralih kembali ke AS.

Sementara itu, Presiden Joe Biden pun telah mengajukan tagihan bantuan pandemi senilai US$ 1,9 triliun dan mendesak Kongres untuk mengesahkannya dalam beberapa pekan mendatang untuk mendapatkan cek stimulus sebesar US$ 1.400 kepada orang Amerika dan meningkatkan pembayaran pengangguran.

"Kami memasuki pekan ini dengan perspektif positif tentang upaya administrasi Biden untuk memberikan paket yang cukup besar," kata Quincy Krosby, kepala strategi pasar di Prudential Financial di Newark, New Jersey.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular