Kabar Baik PPnBM, Saham Astra & Indomobil Sudah Mahalkah?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah mengeluarkan kebijakan relaksasi Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) sektor otomotif selama 2021. Kabar baik ini membawa angin segar bagi industri otomotif tanah air.
Bagaimana dengan rasio harga saham emiten otomotif?
Untuk melihat rasio harga Tim Riset CNBC Indonesia memakai dua 'senjata' yakni Price Earning Ratio (PER) dan Price to book value (PBV) yang biasa digunakan sebagai analisis fundamental untuk menilai saham suatu emiten.
PER merupakan metode valuasi yang membandingkan laba bersih per saham dengan harga pasarnya.
Semakin rendah PER maka biasanya perusahaan juga akan dianggap semakin murah, Untuk PER biasanya secara rule of thumb akan dianggap murah apabila rasio ini berada di bawah angka 10 kali.
Sementara PBV adalah metode valuasi yang membandingkan nilai buku suatu emiten dengan harga pasarnya. Semakin rendah PBV biasanya perusahaan akan dinilai semakin murah. Secara Rule of Thumb, PBV akan dianggap murah apabila rasionya berada di bawah angka 1 kali.
Ada empat saham otomotif dan pendukungnya yang akan coba dianalisisis yakni PT Astra International Tbk (ASII) dan anak usahanya PT Astra Otoparts Tbk (AUTO), serta PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) dan anak usahanya PT Indomobil Multi Jasa Tbk (IMJS).
Menurut data Bursa Efek Indonesia per Senin (15/2/2021), saham ASII memiliki price earning ratio (PER) 13,14 kali dan PBV 1,59 kali. Nilai PER dan PBV perusahaan induk Grup Astra ini tergolong wajar karena mendekati 10 untuk PER dan 1 untuk PBV.
Per Senin (15/2/2021) pukul 09:36 WIB, saham ASII meningkat 2,99% menjadi Rp 6.050/saham dibandingkan pada penutupan pasar pada Kamis lalu (11/2/2021).
Sementara emiten suku cadang Grup Astra, AUTO tercatat membukukan PER -16,52 kali. PER yang negatif menunjukkan perusahaan mengalami rugi bersih. Tetapi bila melihat PBV, anak usaha ASII memiliki rasio PBV yang murah yakni 0,53 kali.
Saham AUTO dibuka menguat 4,33% menjadi Rp1.085/saham dari Rp 1.040/saham pasar pada penutupan perdagangan Kamis minggu lalu.
Sama dengan AUTO, emiten otomotif Grup Salim, IMAS juga mencatatkan per negatif, yakni -8,27 kali. Sementara, perusahaan yang bergerak di bidang perakitan dan distribusi mobil dan truk ini memiliki rasio PBV 0,64 kali yang tergolong murah.
Saham IMAS melejit 17,94% menjadi Rp 1.315/saham dari posisi Rp 1.115/saham pada Kamis lalu.
Setali tiga uang dengan induknya IMAS, saham IMJS memiliki PER yang negatif juga, -53,86 kali. Untuk rasio PBV tercatat 0,97 kali.
Saham IMJS dibuka melonjak 50 poin atau 14,72% menjadi Rp 376/saham pada perdagangan hari ini dibandingkan dengan Rp 326/saham pada penutupan pasar Kamis minggu lalu.
Sebagai informasi, Kebijakan relaksasi PPnBM akan mulai berlaku pada 1 Maret mendatang. Adanya relaksasi ini ditujukan untuk mendorong pemulihan industri otomotif yang terdampak berat akibat pandemi Covid-19.
Relaksasi penurunan tarif PPnBM berlaku untuk kendaraan bermotor segmen ≤ 1.500 cc kategori sedan dan 4x2. Ini karena kendaraan dengan spesifikasi ini banyak diminati kelompok masyarakat kelas menengah dan memiliki local purchase di atas 70%.
Diskon pajak dilakukan secara bertahap sampai dengan Desember 2021 agar memberikan dampak yang optimal.
"Diskon pajak sebesar 100% dari tarif normal akan diberikan pada tiga bulan pertama, 50% dari tarif normal pada tiga bulan berikutnya, dan 25% dari tarif normal pada tahap ketiga untuk empat bulan. Besaran diskon pajak akan dievaluasi efektivitasnya setiap tiga bulan," tulis Kementerian Keuangan, dikutip Senin (15/2/2021).
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Relaksasi PPnBM Mobil, Saham Otomotif Melesat
