Internasional

Ada Senyum Manis di Jepang, Ekonomi Q4 2020 Tumbuh 12,7%

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
15 February 2021 09:30
Japan's new Prime Minister Yoshihide Suga speaks during a press conference at the prime minister's official residence Wednesday, Sept. 16, 2020 in Tokyo, Japan.  Suga, who was elected on Wednesday after gaining support for his pledges to pursue his predecessor Shinzo Abe's policies formed his 20-member Cabinet that retains many familiar faces, signaling continuation of Abe's line. (Carl Court/Pool Photo via AP)
Foto: Perdana Menteri Jepang Baru Yoshihide Suga. AP/Carl Court

Jakarta, CNBC Indonesia - Jepang melaporkan kabar baik pada perekonomiannya di tiga bulan terakhir 2020. Pemerintah mengumumkan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal keempat (Q4) 2020 tumbuh 12,7% (year on year/yoy).

Angka ini bahkan lebih tinggi dar prediksi banyak analis sebelumnya. Pengamat yang dihimpun Reuters misalnya, hanya memprediksi pertumbuhan sebesar 9,5%.

Dalam basis kuartalan (qtq), PDB Jepang tumbuh 3% di 2020. Tiga bulan sebelumnya, PDB Jepang juga tumbuh 5,3%.

Melansir Reuters ,ada beberapa faktor yang menunjang ekonomi. Perdagangan internasional yang berkontribusi sangat positif terhadap pertumbuhan karena ekspor melonjak 11% sementara impor naik 4,1%.

Selain perdagangan, menurut data yang dirilis kabinet Jepang sebagaimana dituliskan Trading Economics, konsumsi swasta, yang membentuk lebih dari separuh ekonomi Jepang, naik 2,2% setelah peningkatan 5,1% di kuartal sebelumnya.

Ini juga mengalahkan prediksi analis yang sebelumnya memperkirakan kenaikan sebesar 1,8% Namun meski begitu, secara keseluruhan di 2020, ekonomi Jepang masih mencatatkan kontraksi atau pertumbuhan negatif sekitar 4,8%.

Perekonomian Jepang masih diprediksi kurang baik di 2021. Hal ini terjadi karena keputusan pemerintah untuk menerapkan langkah-langkah darurat dan pembatasan baru mulai Januari akibat meningkatnya kembali infeksi virus corona.

Saat ini negeri di Pasifik itu mencatatkan 415 ribu kasus virus corona dengan angka kematian hampir mencapai 7 ribu kasus.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tertular Optimisme Asia, Bursa Eropa Dibuka Semarak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular