
Ekspektasi Inflasi Buat Dolar Australia ke Atas Rp 10.800/AU$

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia terkoreksi melawan rupiah Rabu kemarin setelah melesat dalam 3 hari beruntun. Tetapi pada perdagangan hari ini, Kamis (11/2/2021) Mata Uang Kanguru kembali menguat ke atas Rp 10.800/AU$. Inflasi di Australia yang diperkirakan akan naik dalam 12 bulan ke depan membuat dolar Australia kembali ngegas.
Melansir data Refinitiv, AU$ 1 setara Rp 10.804,48, dolar Australia menguat 0,1% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Kemarin, dolar Australia melemah 0,3% setelah membukukan penguatan 1,68% dalam 3 hari.
Data yang dirilis dari Australia hari ini menunjukkan konsumen di Australia melihat inflasi dalam 12 bulan ke depan sebesar 3,7% naik dibandingkan rilis bulan sebelumnya 3,4%, sekaligus merupakan yang tertinggi sejak April 2016.
Ketika konsumen melihat inflasi akan meningkat, artinya muncul optimisme perekonomian akan membaik. Apalagi setelah Australia Bagian Barat membuka kembali perbatasannya.
Belakangan ini, data ekonomi dari Australia yang dirilis memang cukup bagus. Salah satunya tingkat pengangguran yang mengalami penurunan menjadi 6,6% di bulan Desember 2020 lalu.
Tingkat pengangguran tersebut menjadi yang terendah sejak bulan April lalu, meski masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan level sebelum pandemi penyakit virus corona (Covid-19) melanda di 5,1%.
Selain tingkat pengangguran, sepanjang bulan Desember juga dilaporkan terjadi penambahan jumlah orang yang bekerja sebanyak 50 ribu orang. Artinya, roda bisnis di Australia mulai berputar kembali, dan banyak terjadi perekrutan tenaga kerja.
Selain itu, dolar Australia juga diuntungkan dengan kemungkinan terjadinya supercycle.
Australia merupakan negara yang mengandalkan ekspor komoditas, ketika harga-harganya naik, maka pendapatan negara akan bertambah, dan perekonomian berputar lebih kencang.
Supercycle merupakan periode penguatan komoditas dalam jangka panjang. Kenaikan harga-harga komoditas di tahun ini dikatakan sebagai awal dari siklus tersebut, dan akan masuk ke dalamnya mulai tahun depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022
