
Kurs Dolar Singapura Hari Ini Masih di Atas Rp 10.500/SG$

Jakarta, CNBC Indonesia -Â Nilai tukar dolar Singapura melemah pada perdagangan Rabu (10/2/2021), tetapi masih mampu bertahan di atas Rp 10.500/SG$ berkat penguatan cukup tajam Selasa kemarin.
Pada pukul 10:24 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.537,03, dolar Singapura melemah 0,11% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Kemarin, mata uang Negeri Merlion ini mampu menguat 0,5% akibat tekanan yang dialami rupiah pasca rilis data penjualan ritel Indonesia.
Bank Indonesia (BI) melaporkan, penjualan ritel yang diukur dengan Indeks Penjualan Rill (IPR) pada Desember 2020 adalah 190,1. Dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/MtM) memang naik 4,8%.
Namun perubahan secara bulanan agak kurang mencerminkan tren, karena diganggu oleh faktor musiman. Misalnya pada Desember tentu lebih baik ketimbang November karena ada momentum Hari Natal-Tahun Baru.
Oleh karena itu, biasanya yang lebih menggambarkan tren sehingga lebih konsisten adalah pertumbuhan tahunan (year-on-year/YoY).
Secara tahunan, penjualan ritel pada Desember 2020 tumbuh -19,2%. Lebih parah ketimbang bulan sebelumnya yang -16,3%.
Kali terakhir Indonesia membukukan pertumbuhan penjualan ritel yang positif pada November 2019. Artinya, kontraksi penjualan ritel sudah terjadi selama 13 bulan beruntun.
Untuk bulan Januari 2021, BI memperkirakan penjualan ritel masih negatif, hanya lebih landai di -16,3% YoY.
Sehari sebelumnya, BI merilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang menunjukkan pesismisme. IKK pada Januari 2021 tercatat 84,9. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 96,5.
IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Kalau masih di bawah 100, maka konsumen secara umum pesimistis dalam memandang perekonomian, baik saat ini maupun enam bulan yang akan datang.
"Pada Januari 2021, persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini melemah dari bulan sebelumnya, diindikasi karena diberlakukannya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di beberapa wilayah, khususnya Jawa dan Bali," tulis laporan BI.
"Ini berberdampak pada kembali menurunnya aktivitas ekonomi dan terbatasnya penghasilan masyarakat. Keyakinan konsumen terhadap penghasilan saat ini melemah disebabkan penurunan penghasilan rutin (gaji/upah/honor) maupun omset usaha, yang ditengarai akibat PPKM."
"Keyakinan konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja pada Januari 2021 juga tercatat menurun dibandingkan bulan sebelumnya. Sejalan dengan penurunan keyakinan terhadap penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja, keyakinan konsumen untuk melakukan pembelian barang tahan lama pada Januari 2021 juga mengalami penurunan, terutama pada jenis barang elektronik, furnitur, dan perabot rumah tangga," jelas laporan BI.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi Singapura Tumbuh Tinggi, Dolarnya Makin Mahal dong?
