
Kencangkan Sabuk Pengaman, Sesi II IHSG Rawan Longsor!

Jakarta, CNBC Indonesia- Sempat tergelincir di zona merah,Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona hijau pada perdagangan sesi pertama Selasa (9/2/21), dipicu optimisme stimulus Amerika Serikat (AS) dan pembentukan induk (holding) pembiayaan mikro.
IHSG dibuka menguat 0,37% ke 6.232,1 dan sempat melemah pada pukul 11:00 WIB, sebelum berakhir di level 6.224,087 alias menguat 0,25% (15,2 poin) di penutupan sesi pertama. Menurut data RTI, sebanyak 197 saham menguat, 264 tertekan dan 163 lainnya flat.
Transaksi bursa masih meningkat dengan 12 miliar lebih saham diperdagangkan, sebanyak 1,1 jutaan kali. Nilai transaksi bursa pun sebesar Rp 11 triliun, kian mendekati nilai transaksi di periode awal Januari yang menyentuh Rp 12 triliun (pada sesi 1 saja).
Saham BBRI menguat dan menjadi penopang indeks setelah muncul rencana penggabungan Bank BRI, PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM, untuk membentukholdingekosistem ultra mikro.Pembentukanholdingini akan diawali dengan penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu ataurights issueBank BRI.
"Holdingdilakukan melalui persetujuanrights issuedari BRI di mana negara akan ambil bagian seluruhnya dengan cara alihkan seluruh sahan Seri B dari PNM dan Pegadaian ke BRI," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR secara virtual.
Dari AS, harapan akan adanya kesepakatan rencana stimulus di AS terus meningkat setelah Senat dan DPR AS meloloskan resolusi anggaran pada Jumat, yang memulai proses rekonsiliasi yang bakal memuluskan
Analisis Teknikal
![]() Teknikal IHSG |
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area batas atas dengan BB yang kembali menyempit maka pergerakan IHSG selanjutnya cenderung terkoreksi.
Untuk mengubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 6.276. Sementara untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 6.166.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 61, yang belum menunjukkan adanya indikator jenuh beli ataupun jenuh jual, akan tetapi RSI terkonsolidasi turun setelah sebelumnya menyentuh level jenuh beli sehingga menandakan IHSG akan terkoreksi.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB kembali melebar, maka pergerakan selanjutnya cenderung bearish. Hal ini juga terkonfirmasi dengan indikator RSI yang terkonsolidasi turun.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500