
Melawan Corona! Begini Kinerja 3 Bank Raksasa RI di 2020

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Covid-19) membuat banyak perusahaan terdampak dan mengalami penurunan tingkat profit yang dibukukannya sepanjang tahun 2020.
Hal tersebut juga dialami oleh perusahaan perbankan. Karena mayoritas masyarakat cenderung melakukan saving ketimbang spending.
Alhasil porsi kredit perbankan menurun sepanjang tahun ini karena masyarakat di tahun 2020 lebih berhati-hati dalam menggunakan dananya untuk keberlangsungan hidupnya.
Di tahun 2020, bank-bank raksasa Indonesia juga terkena dampak dari pandemic yang berasal dari Wuhan, China itu. Pada awal-awal pandemi merebak, saham-saham bank raksasa tersebut juga ikut ambruk lantaran rasa was-was masyarakat akan virus corona tersebut.
Namun, lambat laun, pandemi mulai dapat dikendalikan walaupun hingga kini masih belum sepenuhnya hilang dari muka bumi ini.
Kinerja perbankan, terutama bank-bank raksasa mulai bangkit dari keterpurukan pada awal tahun 2020. Walaupun mulai membaik namun rata-rata, laba yang dihasilkan sepanjang tahun 2020 ini mengalami penurunan sebagai akibat dari pandemi tersebut.
Lalu bagaimanakah kinerja keuangan dari bank-bank raksasa RI tersebut. Berikut kinerja bank-bank raksasa RI per 31 Desember 2020.
1. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)
Emiten dengan nilai kapitalisasi saham terbesar ini, tak bisa terhindar dari dampak pandemi covid-19. Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian BCA per 31 Desember 2020, perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp 27,13 triliun. Angka ini mengalami penurunan 5% dari periode yang sama tahun 2019 sebesar Rp 28,57 triliun.
Namun, pendapatan bunga bersih perseroan naik 7,3% menjadi Rp 54,55 triliun per 31 Desember 2020. Sedangkan Laba operasional perseroan pada kuartal ketiga tahun 2020 sebesar Rp 33,82 triliun atau turun sekitar 6,7% dari periode yang sama tahun 2019.
Rasio margin pendapatan bunga bersih (net interest margin/NIM) perseroan juga turun 5,7% pada Desember 2020. Adapun rasio kredit macet (non-perfoming loan/NPL) kotor perseroan naik 0,3 poin menjadi 1,8% pada 31 Desember 2020.
Dari posisi neraca, total liabilitas perseroan per 31 Desember 2020 sebesar Rp 890,97 triliun atau naik sekitar 19% dari periode yang sama tahun 2019 yang sebesar Rp 744,95 triliun.
Sementara itu, total ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 6% menjadi Rp 184,6 triliun. Adapun total aset perseroan per 31 Desember 2020 naik sekitar 17% menjadi Rp 1.681 triliun.
2. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)
BRI merupakan bank dengan nilai aset terbesar di Indonesia. Selain itu, bank pelat merah ini sedang bertransformasi menjadi bank yang fokus membiayai sektor ultra mikro.
Dalam laporan keuangan konsolidasian BRI per 31 Desember 2020, perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp 18,65 triliun. Angka ini mengalami penurunan 45,46% dari periode yang sama tahun 2019 sebesar Rp 34,37 triliun.
Pendapatan bunga bersih perseroan juga turun 3% menjadi Rp 79,21 triliun per 31 Desember 2020. Sedangkan Laba operasional perseroan pada kuartal ketiga tahun 2020 sebesar Rp 26,77 triliun atau turun sekitar 38% dari periode yang sama tahun 2019.
Rasio margin pendapatan bunga bersih (net interest margin/NIM) perseroan juga turun 5,86% pada Desember 2020. Adapun rasio kredit macet (non-perfoming loan/NPL) perseroan naik menjadi 3,12% pada 31 Desember 2020.
Dari posisi neraca, total liabilitas perseroan per 31 Desember 2020 sebesar Rp 1.278 triliun atau naik 8,1% dari periode yang sama tahun 2019 yang sebesar Rp 1.183 triliun.
Sementara itu, total ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 4,3% menjadi Rp 199,91 triliun. Adapun total aset perseroan per 31 Desember 2020 naik 6,7% menjadi Rp 1.512 triliun.
3. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)
Bank pelat merah yang fokus pada penyaluran kredit korporasi ini, ikut terkena dampak pandemi covid-19. Namun perseroan masih bisa membukukan laba bersih double digit pada 2020.
Dalam laporan keuangan konsolidasian Bank Mandiri per 31 Desember 2020, perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp 17,12 triliun. Angka ini mengalami penurunan 37,71% dari periode yang sama tahun 2019 sebesar Rp 27,48 triliun.
Pendapatan bunga bersih perseroan juga turun sekitar 5% menjadi Rp 56,51 triliun per 31 Desember 2020. Sedangkan Laba operasional perseroan pada kuartal ketiga tahun 2020 sebesar Rp 23,18 triliun atau turun sekitar 36% dari periode yang sama tahun 2019.
Rasio margin pendapatan bunga bersih (net interest margin/NIM) perseroan naik menjadi 6,8% pada Desember 2020. Adapun rasio kredit macet (non-perfoming loan/NPL) perseroan naik menjadi 3,1% pada 31 Desember 2020.
Dari posisi neraca, total liabilitas perseroan per 31 Desember 2020 sebesar Rp 1.151 triliun atau naik sekitar 12% dari periode yang sama tahun 2019 yang sebesar Rp 1.026 triliun.
Sementara itu, total ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 7,3% menjadi Rp 193,8 triliun. Adapun total aset perseroan per 31 Desember 2020 naik 8,4% menjadi Rp 1.429 triliun.
Indikator | BBCA | BBRI | BMRI | Industri |
LDR (%) | 65,8 | 84.17 | 84,3 | 82.33 |
NPL (%) | 1,8 | 3.12 | 3,1 | 3.18 |
NIM (%) | 5,7 | 5.89 | 6,8 | 4.41 |
CAR (%) | 25,8 | 20.77 | 19,5 | 24.25 |
Sumber: Data presentasi perusahaan per November 2020.
Harga Saham
Pada perdagangan Senin (8/2/2021), harga saham BBCA ditutup menguat tipis 0,94% di Rp 34.925/unit. Nilai kapitalisasi pasar BBCA mencapai Rp 861 triliun.
Sedangkan harga saham BBRI menguat 4,93% ke harga Rp 4.680/unit. Market cap BBRI kini mencapai Rp 577 triliun. Nilai transaksi BBRI mencapai Rp 1,2 triliun dan asing pun memborong saham BBRI dengan nilai transaksi mencapai Rp 465 miliar..
Adapun saham BMRI pada perdagangan kemarin ditutup melemah 0,76% ke posisi Rp 6.625/unit. Kapitalisasi pasar BMRI terkini mencapai Rp 309 triliun. Nilai transaksi saham BMRI mencapai Rp 387 miliar dana asing keluar sebanyak Rp 38,08 miliar.
Indikator | BBCA | BBRI | BMRI |
PER (X) | 31,16 | 29,48 | 17,38 |
PBV (X) | 4,76 | 2,87 | 1,61 |
ROA (%) | 3,3 | 1,2 | 1,2 |
ROE (%) | 16,5 | 9,3 | 9,1 |
Sumber: Refinitiv dan data laporan konsolidasian perusahaan Desember 2020
Secara fundamental, valuasi harga dibanding nilai bukunya (price to book value/PBV) jika dibandingkan dengan ketiga bank raksasa tersebut, saham BMRI masih lebih murah dibandingkan dengan kedua bank raksasa lainnya, yakni di 1,6 kali.
PBV adalah rasio harga terhadap nilai buku, biasa digunakan untuk melihat seberapa besar kelipatan dari nilai pasar saham perusahaan dengan nilai bukunya. Misalkan PBV sebesar 1x, artinya harga saham sudah tumbuh sebesar 1 kali lipat dibandingkan kekayaan bersih perusahaan.
Sedangkan apabila menggunakan metode valuasi laba bersih dibandingkan dengan harga sahamnya (price to earnings ratio/PER), saham BMRI lagi-lagi masih yang termurah dibandingkan dengan PER kedua bank raksasa lainnya, yakni di angka 17,38 kali. PER adalah perbandingan antara harga saham dengan laba bersih perusahaan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Yes! Saham BBCA Balik ke Rp 8.000, BBNI & BMRI Nyusul Nih?