
Saham-saham Bank Kecil Meroket Sepekan, Nyesel Gak Borong?

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham bank kecil yang terdiri dari BUKU (bank umum kelompok usaha) I dan II di sepanjang pekan ini beterbangan.
Setidaknya dari 20 emiten bank yang masuk kategori ini, 15 di antaranya mengalami kenaikan nilai kapitalisasi pasar akibat kenaikan harga.
Return terkecil yang diukur menggunakan capital gain dari 15 bank ini mencapai 1,23% sementara imbal hasil tertingginya mencapai 280,6%.
Nilai median apresiasi harga kelima belas saham bank BUKU I dan II ini mencapai 5,57% dalam sepekan terakhir, lebih tinggi dari return IHSG yang hanya 4,9% untuk periode yang sama.
Bank BUKU I yakni bank dengan modal inti di bawah Rp 1 triliun, dan BUKU 2 modal inti Rp 1-5 triliun.
Saham Bank Net Syariah Tbk (BANK) yang masuk kategori BUKU I karena modal intinya masih di bawah Rp 1 triliun pada 2019 silam ini melesat 280,6% dalam sepekan.
Saham BANK baru melantai di bursa pada 1 Februari 2021. Ya, BANK baru saja melakukan penawaran perdana saham (IPO) kepada publik.
Nilai penawaran perdana saham BANK adalah Rp 103/lembar.
Dalam penawaran perdana tersebut BANK menggaet NH Korindo Sekuritas sebagai penjamin emisi yang berkomitmen penuh 100% dan menawarkan 5 miliar lembar saham baru atas nama dari portepel atau setara dengan 37,9% dari total saham outstanding.
Total dana segar yang diraup mencapai lebih dari Rp 500 miliar. Berdasarkan prospektus yang dirilis oleh perusahaan 60% dari total suntikan dana segar dari investor ini akan dilakukan untuk biaya pemeliharaan IT dan penunjangnya, sementara 40% sisanya digunakan menambah modal kerja perbankan seperti biaya pemasaran.
Genap lima hari beruntun saham BANK tercatat selalu ditutup di level auto reject atas (ARA). BANK merupakan salah satu bank syariah yang mengusung model bank digital yang menyasar segmen masyarakat yang belum tersentuh layanan finansial (underserved segment).
Prospek perbankan digital yang makin cerah di RI membuat banyak pemain baru bermunculan. Harga-harga saham bank yang bakal jadi bank digital pun melesat kencang.
Sebut saja Bank Jago (ARTO). Dalam sepekan terakhir bank yang dikuasai oleh pebankir senior Jerry Ng, pendiri NorthStar Group yang kebetulan juga investor Gojek yakni Patrick Walujo ini melesat 5,22%.
Kendati hanya naik 5%, tetapi saham ARTO telah melesat ribuan persen sejak diakuisisi oleh mantan bos BTPN dan investor Gojek tersebut dan bakal dirombak model bisnisnya menjadi bank digital.
Saham ARTO semakin melesat setelah Gojek melalui sayap bisnis keuangannya yaitu GoPay masuk ke ARTO dengan menguasai 22% saham perusahaan. Ke depan Gojek akan memasukkan layanan finansial ARTO ke dalam ekosistemnya yang sudah menggurita.
Saham bank kecil lain yang juga melesat di pekan ini ada saham PT Bank Harda Internasional Tbk (BBHI). Kapitalisasi pasar BBHI naik 24,44% di sepanjang minggu ini.
Harga saham BBHI terus melesat setelah pengusaha kondang Chairul Tanjung (CT) sah menjadi pemegang saham mayoritas BBHI melalui PT Mega Corpora pada RUPSLB yang berlangsung akhir bulan lalu.
Selain sentimen bank digital, kebijakan OJK untuk mendorong peningkatan permodalan perbankan terutama bank BUKU I juga menjadi katalis positif untuk harga saham bank dengan kategori modal paling kecil ini.
Berdasarkan aturan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 12/POJK.03/2020 yang diteken oleh Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso pada 16 Maret 2020 itu menyebutkan, bank harus memiliki modal inti minimum bank umum sebesar Rp 1 triliun tahun ini, Rp 2 triliun pada 2021 dan minimal Rp 3 triliun tahun 2022.
Dengan begitu bank akan terus mencari tambahan suntikan modal untuk memenuhi aturan tersebut. Bank berpotensi mencari investor strategis untuk mendapatkan dana segar tambahan.
Menariknya tren yang terjadi sekarang ini adalah aksi korporasi berupa akuisisi perbankan ditujukan untuk membentuk bank digital. Tidak hanya perbankan saja yang berambisi untuk punya bank digital, start up dan korporasi besar juga ikut berlomba-lomba untuk memasuki segmen bisnis ini.
Sebagai salah satu bank dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga berencana untuk membentuk bank digital. Ambisinya dilakukan dengan mengakuisisi Bank Royal pada 2019 silam. Nilai transaksinya mencapai Rp 988 miliar.
Bank Royal berganti nama menjadi Bank Digital BCA dan rencananya akan mulai beroperasi tahun ini.
Perusahaan rintisan lain yang juga mengakuisisi bank-bank kecil adalah perusahaan fintech Akulaku. Pada Maret 2019 start up pinjaman online (fintech) Akulaku melalui PT Akulaku Silvrr Indonesia mengambil alih 5,2% kepemilikan saham PT Gozco Capital di PT Bank Yudha Bhakti Tbk (BBYB).
Dalam private placement yang terjadi akhir Maret 2019, Akulaku menambah kepemilikan sahamnya di BBYB sebesar 8,29%
Kepemilikan saham grup fintech asal China tersebut di BBYB terus bertambah seiring dengan tergerusnya porsi kepemilikan PT Gozco Capital dan PT ASABRI (Persero). Kini total kepemillikan saham Akulaku di BBYB menjadi 24,98%. Di bawah kendali Akulaku, BBYB berganti nama menjadi Bank Neo Commerce. Harga saham BBYB naik 1,23% seminggu ini.
Lanskap kompetisi bank digital akan semakin seru. Aksi caplok mencaplok bank oleh perusahaan rintisan diperkirakan masih akan terjadi. Berdasarkan rumor yang beredar di kalangan pelaku pasar induk usaha perusahaan e-commerce Shopee yaitu Sea Group akan mencaplok salah satu bank di Indonesia.
Melansir Straits Times, perusahaan yang berbasis di Singapura tersebut akan mengakuisisi Bank Kesejahteraan Ekonomi dan satu bank lain yang akan dimerger dan menjadi bank digital untuk melayani konsumen Shopee.
Prospek bank digital yang cerah ke depannya, serta regulasi yang menghendaki peningkatan modal perbankan menjadi ajang bagi pelaku pasar untuk bertaruh di arena ini dan membuat harga saham bank-bank dengan modal kecil mengalami apresiasi yang signifikan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sejak 2015, 3.000 Kantor Cabang Bank di RI Tutup