Usai Dibabat Habis Akhir Januari, IHSG Akhirnya Balas Dendam

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
06 February 2021 08:50
Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tidak ada January Effect di tahun 2021, apresiasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) harus tergerus di 10 hari terakhir bulan pertama tahun ini. Return fenomenal sebesar 7% lebih dalam satu bulan berubah menjadi negatif 2% hanya dalam dua pekan. 

Namun setelah mengalami koreksi beruntun, IHSG kembali menunjukkan taringnya. Di awal pekan Februari, indeks acuan saham nasional itu mengalami apresiasi hingga 5%. IHSG berhasil menjadi runner up kedua di Asia setelah SENSEX (India) yang berhasil menguat 9,61% dan PSEi (Filipina) dengan apresiasi 6,15%.

Kendati IHSG mengalami apresiasi, tetapi asing justru melepas kepemilikannya di saham-saham publik Tanah Air. Data perdagangan mencatat asing melakukan aksi jual bersih di pasar reguler senilai Rp 447,4 miliar dalam sepekan terakhir.

Saham bank pelat merah yaitu PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi yang paling banyak dilego asing. Tercatat asing keluar Rp 434,7 miliar dari BMRI. Sementara itu saham yang paling banyak dibeli asing adalah saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang diborong hingga Rp 306,6 miliar dalam seminggu terakhir. 

Kenaikan IHSG setelah koreksi tajam di akhir Januari adalah hal yang wajar. Apalagi di bulan lalu IHSG terjun bebas dan terpangkas hampir 10% jika ditarik dari level tertingginya di Januari. 

Dengan kenaikan hampir 5%, IHSG kembali berhasil mencicipi level di atas 6.150. Kendati belum sampai ke rekor tertinggi Januari, setidaknya nilai kapitalisasi pasar IHSG sudah tembus Rp 72.68,5 triliun setelah naik 0,73% di perdagangan terakhir kemarin (5/2/2021).

Di minggu ini para pelaku pasar menyoroti dua hal. Pertama adalah penguatan dolar AS. Indeks dolar yang mengukur posisi greenback terhadap mata uang lain mengalami tren kenaikan.

Penguatan mata uang Paman Sam tentu saja membuat aset-aset yang berdenominasi dolar AS menjadi lebih menarik sehingga bisa memicu terjadinya aliran dana keluar (outflow) dari negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

Namun outflow asing yang relatif kecil dibanding nilai transaksi rata-rata harian dan basis investor ritel yang semakin berjamur di Indonesia menjadi salah satu faktor yang menahan IHSG dari koreksi tajam. Toh sebelumnya IHSG sudah berdarah-darah. Saatnya IHSG untuk kembali berpesta. 

Selain tren penguatan dolar AS, pelaku pasar juga mencermati angka keramat yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik di akhir pekan kemarin. Adalah pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang dinantikan banyak pihak.

Di sepanjang tahun 2020, perekonomian Indonesia menyusut 2,07%. Ini menjadi kali pertama ekonomi Indonesia jatuh ke jurang resesi sejak krisis moneter tahun 1998. Namun dengan angka tersebut, pasar tidak terlalu bergejolak di hari terakhir perdagangan.

Kontraksi perekonomian Indonesia di tahun lalu sudah diperhitungkan banyak pihak. Bahkan Bank Dunia mengestimasi perekonomian RI bakal menyusut 2,2% tahun ini. Namun untungnya masih lebih baik. Pasar pun tidak terlalu reaktif. IHSG juga mampu melenggang ke zona hijau saat finish.

Bulan Februari merupakan periode yang sangat singkat. Waktu perdagangan tersisa tinggal 14 hari lagi sebelum berganti bulan. Secara historis peluang IHSG untuk ditutup dengan apresiasi di akhir bulan sebesar 65% dengan nilai median return bulanan sebesar 1,1% dalam satu bulan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular