Gegara Pandemi, Laba Shell Anjlok 71% Jadi Rp 67,4 T di 2020

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
04 February 2021 21:17
FILE PHOTO: A Shell sign at one of the oil major's petrol stations in Ulm, Germany, April 6, 2017.  REUTERS/Michaela Rehle/File Photo
Foto: Shell (REUTERS/Mich)

Jakarta, CNBC Indonesia - Laba perusahaan migas terkemuka global, Royal Dutch Shell, tahun 2020 turun ke level terendah dalam dua dekade. Semua itu akibat pandemi Covid-19 yang menghantam permintaan energi di seluruh dunia, meski jaringan ritel dan bisnis perdagangan perusahaan membantu meredam penurunan tersebut.

Laba tahunan perusahaan minyak dan gas multinasional Inggris-Belanda ini merosot 71% menjadi US$ 4,8 miliar atau sekitar Rp 67,4 triliun (asumsi Rp 14.043/US$). Itu karena penurunan tajam produksi minyak dan gas serta keuntungan dari penyulingan minyak mentah menjadi bahan bakar.

Namun, manajemen Shell berencana untuk menaikkan dividennya pada kuartal pertama 2021.



"Kami melalui tahun 2020 dengan neraca yang lebih kuat," kata Kepala Eksekutif Royal Dutch Shell Ben van Beurden dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Reuters, Jumat (4/2/2021).

Kendati demikian, kinerja keuangan Shell jauh lebih baik dibandingkan perusahaan migas terkemuka global lainnya, yaitu British Petroleum (BP). Per awal pekan ini, BP membukukan kerugian US$ 5,7 miliar atau nyaris Rp 80 triliun per 2020.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Shell LiveWIRE Energy Solutions 2021 Resmi Dimulai

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular