
Mau ke Singapura? Sekarang Dolarnya Sedang Murah

Jakarta, CNBC Indonesia -Â Nilai tukar dolar Singapura kembali melemah melawan rupiah pada perdagangan Kamis (4/2/2021), hingga mendekati level terendah dalam 1 bulan terakhir.
Pada pukul 11:11 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.487,68, dolar Singapura melemah 0,14% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Level tersebut merupakan yang terendah sejak 8 Januari lalu.
Dolar Singapura mulai dalam tren menurun sejak Rabu pekan lalu. Hingga saat ini, sudah melemah dalam 5 dari 7 perdagangan, dengan total 1,02%.
Penurunan dolar Singapura bahkan terjadi saat data-data ekonomi yang dirilis cukup bagus.
Kementerian Tenaga Kerja Singapura Kamis pekan lalu melaporkan estimasi awal tingkat pengangguran Singapura bulan Desember berada di level 3,2%, turun dari bulan sebelumnya 3,3%.
Penurunan tingkat pengangguran tersebut sudah terjadi dalam 2 bulan beruntun, dan menjadi tanda-tanda pulihnya ekonomi Singapura dari resesi akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19).
Tingkat pengangguran Singapura mulai menanjak sejak kuartal I-2020, saat itu masih di level 2%. Pandemi Covid-19 semakin memperburuk pasar tenaga kerja, dan membuat tingkat pengangguran mencapai 3,6% di bulan September dan Oktober, tertinggi dalam 16 tahun terakhir.
Sementara IHS Markit hari ini melaporkan aktivitas manufaktur yang dilihat dari purchasing managers' index (PMI) tumbuh menjadi 52,09 di bulan Januari, dari bulan sebelumnya 50,5. Angka di awal 2021 tersebut merupakan yang tertinggi dalam 21 bulan terakhir.
Artinya laju ekspansi tersebut lebih baik ketimbang jauh sebelum virus corona menyerang dunia.
PMI manufaktur menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawahnya berarti kontraksi sementara di atasnya menunjukkan ekspansi.
Di sisi lain, data ekonomi Indonesia juga cukup bagus. IHS Markit melaporkan aktivitas manufaktur Indonesia periode Januari 2021 sebesar 52,2. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 51,3.
Yang bagus dari ekspansi tersebut adalah terjadi saat berlangsung Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
PPKM di Jawa dan Bali berlangsung sejak 11 Januari lalu hingga 8 Februari mendatang. Hal tersebut dikhawatirkan akan memperlambat pemulihan ekonomi Indonesia, sebab kegiatan masyarakat banyak yang dibatasi. Tetapi nyatanya sektor manufaktur Indonesia justru semakin berekspansi.
Sementara itu, sentimen pelaku pasar yang cukup membaik membuat rupi perkasa di pekan ini. Saat sentimen pelaku pasar membaik, maka investasi akan dilarikan ke aset-aset berisiko.
Rupiah merupakan aset negara emerging market, yang tentunya dianggap lebih berisiko. Tetapi imbal hasil (yield) yang diberikan juga tinggi, sehingga ketika sentimen pelaku pasar sedang bagus aliran investasi akan masuk ke Indonesia yang menjadi modal bagi rupiah untuk menguat.
Besarnya aliran investasi terlihat dari lelang obligasi yang dilakukan pemerintah Indonesia Selasa kemarin. Target indikatif yang ditetapkan sebesar Rp 35 triliun, dan dimenangkan dengan nilai yang sama.
Dalam proses lelang tersebut, pemerintah mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscription) 3 kali lipat dengan total penawaran yang masuk sebesar Rp 83,79 triliun.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi Singapura Tumbuh Tinggi, Dolarnya Makin Mahal dong?
