
Dendam Belum Terbalas, IHSG Siap Ngamuk Lagi di Sesi II

Jakarta, CNBC Indonesia - Anjlok di awal perdagangan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merangsek ke zona hijau pada sesi pertama perdagangan Senin (1/2/2021), menyusul kejutan dari data manufaktur nasional.
Indeks acuan bursa nasional tersebut naik 88,1 poin atau 1,5% ke 5.950,423. Sebanyak 257 saham menguat, 218 tertekan dan 139 lainnya flat. Transaksi bursa terhitung tinggi dengan 13 miliar lebih saham diperdagangkan, sebanyak lebih dari 1 juta kali transaksi.
Nilai transaksi bursa mencapai Rp 13 triliun, di mana investor asing membukukan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 227 miliar di pasar reguler, yang menunjukkan mereka cenderung berada di pihak yang menekan pasar.
Pagi tadi, IHSG dibuka melemah 0,17% ke level 5.852,43. Selang 10 menit, IHSG malah ambles 2,04% ke level 5.742,81 sebelum kemudian berupaya berbalik menguat. Volatilitas yang tinggi ini mencerminkan kekhawatiran investor akan isu fundamental perekonomian, terkait pandemi.
Namun, kejutan positif datang jelang penutupan siang. IHS Markit melaporkan aktivitas manufaktur Indonesia yang tercermin dari Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/ PMI) per Januari 2021 di angka 52,2 atau naik dari bulan sebelumnya yang sebesar 51,3.
Itu merupakan angka yang tertinggi dalam 6,5 tahun terakhir. PMI menggunakan angka 50 sebagai titik awal. Kalau sudah di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang memasuki masa ekspansi dan sebaliknya jika di bawah itu maka masih terkontraksi.
Kejutan ini pun membangkitkan optimisme pasar bahwa dampak pandemi terhadap sektor riil semakin berkurang, meski pemerintah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jawa-Bali.
Analisis Teknikal
![]() Teknikal IHSG |
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area batas bawah maka pergerakan IHSG selanjutnya berpotensi terapresiasi.
Untuk mengubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 5.981. Sementara untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 5.898.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 37, yang meskipun menunjukkan adanya indikator jenuh beli, IHSG terkonsolidasi naik setelah sebelumnya menyentuh level jenuh beli yang menunjukkan gerak IHSG selanjutnya berpotensi terapresiasi.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area batas bawah, maka pergerakan selanjutnya cenderung bullish atau terapresiasii. Hal ini juga terkonfirmasi dengan indikator RSI yang terkonsolidasi naik.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500