
Rupiah Pekan Ini Datar-Datar Saja Lawan Dolar AS

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (29/1/21) ditutup menguat. Namun selama sepekan terakhir, rupiah cenderung flat melawan dolar AS.
Pada Jumat (29/1/21), Mata Uang Garuda tersebut menguat 0,21% ke level 14.020 per dolar AS, dibandingkan dengan perdagangan sehari sebelumnya.
Namun, jika dibandingkan dengan akhir pekan lalu, rupiah cenderung flat ketika melawan greenback, di mana pada akhir pekan lalu, rupiah ditutup di level yang sama, yakni Rp 14.020 per dolar AS.
Pergerakan dolar sepanjang pekan ini cenderung naik-turun. Pada Rabu lalu, indeks dolar AS melesat 0,53%, tetapi pada esok harinya (Kamis) mengalami koreksi 0,21% ke 90,455 setelah produk domestik bruto (PDB) kuartal IV-2020 yang tumbuh 4% secara kuartalan yang disetahunkan (quarterly annualized), lebih rendah dari prediksi para ekonom yang disurvei Dow Jones sebesar 4,3%.
Namun pada perdagangan kemarin (Jumat), indeks dolar AS kembali naik 0,34% ke 90,764 akibat rontoknya bursa saham global yang menjadi indikasi memburuknya sentimen pelaku pasar.
Rilis data PDB AS sebenarnya mengkonfirmasi pernyataan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) jika pemulihan ekonomi AS mengalami pelambatan.
Dengan demikian The Fed kemungkinan akan mempertahankan kebijakan ultra longgar dalam waktu yang lama, bahkan ada kemungkinan program pembelian aset (quantitative easing/QE) akan ditambah jika pemulihan ekonomi terus memburuk. Hal tersebut tentunya akan menekan dolar AS ke depannya.
Pada Kamis dini hari lalu, The Fed di bawah komando Jerome Powell mengumumkan mempertahankan suku bunga di rekor terendah <0,25% dan QE senilai US$ 120 miliar per bulan.
"Perekonomian masih jauh dari target inflasi dalam kebijakan moneter kami, dan kemungkinan membutuhkan waktu beberapa lama untuk mencapai kemajuan yang substansial. Kebijakan masih akan "sangat akomodatif saat pemulihan sedang berlangsung," kata ketua The Fed, Jerome Powell, sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (28/1/2021).
Selain itu, dalam konferensi pers usai mengumumkan kebijakan moneter. Powell mengatakan laju pemulihan ekonomi dan pasar tenaga kerja dalam beberapa bulan terakhir berjalan secara moderat, dengan pelemahan terjadi di sektor yang paling terdampak pandemi.
Sementara itu, "bisik-bisik" pengurangan nilai QE atau yang dikenal dengan tapering di akhir tahun ini, yang selama ini beredar di pasar, dibantah oleh Powell.
"Mengenai tapering, itu masih prematur. Kamu baru saja membuat panduan. Kami mengatakan kami ingin melihat kemajuan yang substansial menuju target kami sebelum kami memodifikasi panduan QE. Dan itu masih terlalu prematur untuk membahas kapan waktunya, kami harus fokus dalam kemajuan yang ingin kami lihat," kata Powell.
Pernyataan Powell tersebut membuat "bisik-bisik" tapering di akhir tahun ini meredup. Jika tapering tidak dilakukan, artinya likuiditas di pasar masih akan besar dan secara teori dolar AS masih akan tertekan.
Selain itu, pernyataan Powell yang harus diperhatikan juga yakni kebijakan akan "sangat akomodatif saat pemulihan sedang berlangsung." Artinya, ketika laju pemulihan ekonomi AS terus memburuk, maka The Fed akan bertindak lebih jauh dengan menambah nilai QE.
Selain itu, sentimen yang membuat pergerakan rupiah cenderung flat adalah sentimen dari kasus positif virus corona (Covid-19) yang terus menanjak di Indonesia hingga menembus 1 juta kasus.
Padahal pemerintah sudah menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) sejak 11 Januari lalu. Awalnya berlangsung selama 2 pekan, kemudian di perpanjang hingga 8 Februari nanti.
Pada pekan kedua pelaksanaan PPKM, jumlah pasien positif corona bertambah 81.333 orang. Rata-rata pasien positif bertambah 11.619 orang per hari.
Jumlah ini malah naik dibandingkan pekan pertama, di mana jumlah pasien positif bertambah 79.903 orang. Rerata pasien positif bertambah 11.415 orang setiap harinya.
Sementara sepanjang pekan ini, jumlah pasien positif bertambah sebanyak 52.539 orang, dengan rata-rata 13.134 orang, lebih tinggi lagi dari pekan lalu.
Selama dua pekan pelaksanaan PPKM, jumlah pasien positif bertambah 161.236 orang (rata-rata 11.517 orang per hari). Naik tajam dibandingkan dua minggu sebelumnya yaitu 114.661 orang (rerata 8.190 orang per hari).
Terus menanjaknya kasus Covid-19 membuat para investor khawatir pemulihan ekonomi Indonesia akan terganggu. Apalagi Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF) sudah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dalam laporan terbarunya yang bertajuk World Economic Outlook, IMF memprediksi produk domestik bruto (PDB) global tahun 2021 tumbuh 5,5%, naik 0,3 poin persentase dibandingkan dengan proyeksi IMF pada Oktober tahun lalu.
Baik negara berkembang maupun negara maju keduanya diramal bakal memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.
Namun, IMF justru merevisi turun prospek pertumbuhan PDB Indonesia menjadi 4,8% untuk 2021. Lebih rendah 1,3 poin persentase dibanding perkiraan pada Oktober tahun lalu.
Sebelum IMF, Bank Dunia sebelumnya juga menurunkan proyeksi PDB Indonesia. Bank Dunia kini memperkirakan PDB RI untuk tahun 2021 bakal tumbuh 4,4%. Angka tersebut direvisi turun sebesar 0,2 poin persentase dari ramalan sebelumnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tunggu Arah Kebijakan Moneter RI & AS, Rupiah Stagnan