
Top! Rupiah Menguat Saat Mayoritas Mata Uang Utama Asia KO

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (27/1/2021). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ambrol pagi tadi membuat rupiah masuk ke zona merah, sebelum perlahan berhasil bangkit.
Meski demikian, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan mengumumkan kebijakan moneter Kamis dini hari waktu Indonesia membuat rupiah bergerak tipis-tipis saja.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.040/US$, setelahnya sempat melemah 0,18% ke Rp 14.065/US$.
Sebelum tengah hari, rupiah berbalik menguat tipis 0,04% ke Rp 14.035/US$ dan bertahan hingga penutupan perdagangan.
Meski menguat tipis, kinerja rupiah bisa dikatakan bagus melihat mayoritas mata uang utama Asia yang melemah. Hingga pukul 15:17 WIB, rupee India menjadi yang terbaik dengan penguatan 0,13%, disusul ringgit Malaysia 0,1% dan rupiah berada di urutan ke-tiga. Sementara mata uang lainnya melemah.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.
Rupiah menunjukkan tanda-tanda akan menguat pagi tadi, yang tercermin dari kurs non-deliverable forward (NDF) yang lebih kuat beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan hari ini dibandingkan sebelum penutupan kemarin.
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Periode | Kurs Selasa (26/1/2021) Pukul 14:54 WIB) | Kurs Rabu (27/1/2021) Pukul 8:54 WIB) |
1 Pekan | Rp14.125,50 | Rp14.063,10 |
1 Bulan | Rp14.177,70 | Rp14.117,50 |
2 Bulan | Rp14.222,60 | Rp14.171,50 |
3 Bulan | Rp14.267,60 | Rp14.219,50 |
6 Bulan | Rp14.363,60 | Rp14.381,50 |
9 Bulan | Rp14.574,00 | Rp14.529,00 |
1 Tahun | Rp14.731,00 | Rp14.637,90 |
2 Tahun | Rp15.404,00 | Rp15.414,00 |
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
Namun, sayangnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang jeblok membuat rupiah ikut masuk ke zona merah. IHSG sempat jeblok lebih dari 2% hingga ke bawah level 6.000.
Setelahnya, bursa kebanggaan Tanah Air perlahan bangkit, dan sempat kembali ke zona hijau. Rupiah pun ikut berbalik menguat.
Sementara itu, The Fed yang akan mengumumkan kebijakan moneter di Kamis dini hari waktu Indonesia membuat dolar AS cukup kuat.
Pengumuman tersebut sangat dinanti pelaku pasar, sebab saat ini beredar "bisik-bisik" di pasar jika di akhir tahun ini ada kemungkinan The Fed akan mengurangi nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) yang saat ini nilainya sekitar US$ 120 miliar per bulan.
Pengurangan tersebut dikenal dengan istilah tapering. Sebelum saat ini, pada pertengahan tahun 2013 lalu, The Fed yang saat itu dipimpin Ben Bernanke juga mengeluarkan wacana tapering.
Saat wacana tersebut muncul dolar AS menjadi begitu perkasa, hingga ada istilah "taper tantrum". Maklum saja, sejak diterapkan suku bunga rendah serta QE, nilai tukar dolar AS terus merosot. Sehingga saat muncul wacana pengurangan QE hingga akhirnya dihentikan dolar AS langsung mengamuk, "taper tantrum", rupiah pun jeblok.
Oleh karena itu, pergerakan rupiah tipis-tipis saja hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'
