IHSG Anjlok 2%, Diam-diam Asing Serok 5 Saham Big Cap!

Putra, CNBC Indonesia
26 January 2021 16:31
Kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand di Bursa Efek Indonesia, Senin (18/2/2019). kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand di Bursa Efek Indonesia, Senin (18/2/2019). kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa (26/1/21) ditutup anjlok parah 1,89% ke level 6.140,17.

Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi beli bersih sebanyak Rp 249 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 17,6 triliun. Terpantau 94 saham terapresiasi, 395 terkoreksi, sisanya 138 stagnan.

Meskipun IHSG anjlok parah, asing ternyata diam-diam memanfaatkan momentum ini untuk mengkoleksi saham-saham unggulan. Simak tabel berikut.

5 Saham Top Foreign Buy, Selasa (26/1)

Asing melakukan beli bersih (net buy) terbanyak di saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 364 miliar.

Selain itu, saham perbankan raksasa lain juga dikoleksi oleh asing di posisi kedua yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp 85miliar.

BMRI dan BBRI adalah dua dari perbankan BUMN dengan kapitalisasi pasar tinggi. Market cap BMRI mencapai Rp 344,17 triliun, sementara BBRI lebih besar yakni Rp 573,56 triliun.

Selanjutnya muncul pula nama emiten PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang dibeli bersih Rp 73,8 miliar. Kapitalisasi pasar emiten tambang emas Grup Saratoga ini mencapai Rp 54,53 triliun.

Di posisi keempat muncul emiten big cap lain yakni PT Astra Internasional Tbk (ASII) yang diborong Rp 49 miliar.  Market cap ASII mencapai Rp 257 triliun.

Terakhir emiten pabrik kertas Sinarmas juga dikoleksi oleh asing yakni PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP) yang dikoleksi sebanyak Rp 34 miliar. Kapitalisasi INKP mencapai Rp 70 triliun.

Sentimen negatif datang dari luar negeri. Presiden AS Joe Biden diekspektasikan akan meneken kebijakan perdagangan 'beli barang Amerika' yang disinyalir oleh pasar bahwa sang presiden akan tetap garang terhadap China, mirip dengan yang dilakukan oleh pendahulunya, Donald Trump.

Menurut Wall Street Journal, kebijakan ini akan menyebabkan para lembaga federal semakin sulit untuk membeli barang-barang impor serta merubah definisi produk lokal Amerika, dimana barang mentah yang diperlukan hingga menjadi produk jadi harus berasal dari produk lokal lebih tinggi presentasenya dari sebelumnya.

Dengan tidak akurnya kedua negara dengan ekonomi terbesar di dunia tentu saja perekonomian global akan semakin lamban pulih pasca diserang pandemi. Apalagi pasar tentunya tidak ingin kembali melihat perang dagang berjilid-jilid antar kedua negara. Hal ini tentunya akan mengirim sinyal kurang baik ke bursa saham di seluruh belahan dunia.

Dari rilis data ekonomi, Korea Selatan baru saja mengumumkan pembacaan awal Produk Domestik Bruto kuartal keempatnya.

Negara Ginseng ini masih belum akan keluar dari jurang resesi karena GDP secara tahunan (YoY) masih akan terkontraksi 1%, pembacaan ini lebih baik ketimbang konsensus di angka 1,7%. Kontraksi kuartal keempat ini sendiri melanjutkan kontraksi pada kuartal kedua (-2.7%) dan kuartal ketiga (-1.1%).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular