
Dalam dan Luar Negeri Tak Mendukung, Rupiah Mundur!

Jakarta, CNBC Indonesia -Â Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat hingga pertengahan perdagangan Selasa (26/1/2021). Kondisi dalam dan luar negeri yang kurang mendukung membuat rupiah mundur menjauhi level Rp 14.000/US$.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,07% ke Rp 14.020/US$, setelahnya rupiah merosot hingga 0,43% ke Rp 14.070/US$. Pelemahan rupiah terpangkas dan berada di level Rp 14.030/US$ pada pukul 12:00 WIB.
Sentimen dari dalam negeri kurang bagus, sebab kasus Covid-19 di Indonesia masih tetap tinggi meski pemerintah sudah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dalam 2 pekan terakhir, dan masih berlangsung hingga 8 Februari nanti.
Pada pekan kedua pelaksanaan PPKM, jumlah pasien positif corona bertambah 81.333 orang. Rata-rata pasien positif bertambah 11.619 orang per hari.
Jumlah ini malah naik dibandingkan pekan pertama, di mana jumlah pasien positif bertambah 79.903 orang. Rerata pasien positif bertambah 11.415 orang setiap harinya.
Selama dua pekan pelaksanaan PPKM, jumlah pasien positif bertambah 161.236 orang (rata-rata 11.517 orang per hari). Naik tajam dibandingkan dua minggu sebelumnya yaitu 114.661 orang (rerata 8.190 orang per hari).
Kehadiran vaksin anti-virus corona sepertinya belum membuat pelaku pasar yakin. Sebab, masih menjadi pertanyaan apakah pemerintah mampu mencapai target kekebalan kolektif (herd immunity) dengan vaksinasi terhadap sebagian besar Warga Negara Indonesia pada kuartal I-2022.
"Masih harus dilihat apakah pemerintah bisa memenuhi target vaksinasi sesuai jadwal. Belum lagi masih ada pertanyaan seputar efikasi vaksin Sinovac," sebut Antony Kevin, Ekonom Mirae Asset, dalam risetnya.
Kementerian Kesehatan Indonesia melaporkan pada Senin (25/1/2021) jumlah pasien positif corona mencapai 999.256 orang, bertambah 9.994 orang dari hari sebelumnya. Dari total kasus tersebut, sebanyak 28.132 orang meninggal dunia, dan 809.488 orang sembuh, sehingga kasus aktif saat ini mencapai 161.636 orang.
Sementara itu, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan mengumumkan kebijakan moneter di pekan ini.
Pengumuman tersebut sangat dinanti pelaku pasar, sebab saat ini beredar "bisik-bisik" di pasar jika di akhir tahun ini ada kemungkinan The Fed akan mengurangi nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) yang saat ini nilainya sekitar US$ 120 miliar per bulan.
Pengurangan tersebut dikenal dengan istilah tapering. Sebelum saat ini, pada pertengahan tahun 2013 lalu, The Fed yang saat itu dipimpin Ben Bernanke juga mengeluarkan wacana tapering.
Saat wacana tersebut muncul dolar AS menjadi begitu perkasa, hingga ada istilah "taper tantrum". Maklum saja, sejak diterapkan suku bunga rendah serta QE, nilai tukar dolar AS terus merosot. Sehingga saat muncul wacana pengurangan QE hingga akhirnya dihentikan dolar AS langsung mengamuk, "taper tantrum", rupiah pun jeblok.
Berkaca dari kejadian 2013 tersebut, pelaku pasar menjadi lebih berhati-hati jelang pengumuman kebijakan moneter The Fed pada Kamis dini hari waktu Indonesia.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pembukaan Pasar: Rupiah Stagnan di Rp 13.990/US$
