Biden Sah Jadi Presiden AS, Nasib Batu Bara Di Ujung Tanduk?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
22 January 2021 12:30
Pelantikan Presiden AS Presiden AS Joe Biden dan istrinya Jill
Foto: Presiden AS terpilih Joe Biden berbicara saat pelantikan Presiden ke-59 Amerika Serikat di US Capitol di Washington, Rabu, 20 Januari 2021. (AP Photo / Patrick Semansky, Pool)

Terpilihnya Joseph 'Joe' Biden sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) menggantikan Donald Trump membuat masa depan batu bara dinilai semakin suram. Dalam masa kampanye, Biden konsisten mengedepankan program pengurangan penggunaan energi fosil yang tidak ramah lingkungan, tentunya termasuk batu bara.

Sebelumnya, Trump menyatakan AS mundur dari Kesepakatan Paris tetapi sepertinya Biden akan menarik keputusan itu. Ya, ada kemungkinan AS akan kembali ke Kesepakatan Paris.

Dalam Kesepakatan Paris tentang Perubahan Iklim, ada target untuk menurunkan suhu bumi 2 derajat celcius pada 2030 dan 1,5 derajat celsius lagi pada 2050. Artinya, segala betuk aktivitas yang menyebabkan bumi semakin panas harus dibatasi, termasuk penggunaan batu bara sebagai sumber energi.

Namun apakah batu bara akan serta merta disingkirkan begitu saja? Jawabannya tidak semudah itu ferguso! John Kemp seorang kolumnis Reuters memiliki pandangan yang menarik.

Dalam tulisannya, Ia menegaskan bahwa kebijakan energi AS lebih dipengaruhi oleh harga dan teknologi ketimbang kebijakan sang Presiden. Secara historis kebijakan pemerintah masih mampu mempengaruhi level mikro yaitu pasokan dan permintaan. Namun sulit untuk mempengaruhi level makro pada sistem yang digunakan.

Kemp menggunakan istilah yang menarik yaitu inersia (kemalasan) untuk menjelaskan mengapa harga dan teknologi lebih berpengaruh pada sistem bauran energi yang digunakan di AS.

Menurut data Administrasi Informasi Energi AS (EIA), di antara tahun 1973 dan 2019, pangsa konsumsi energi primer total yang dipasok oleh bahan bakar fosil turun dari 92% menjadi 80%. Sisanya, konsumsi energi berasal dari pembangkit listrik tenaga air, tenaga nuklir, dan baru-baru ini pembangkit tenaga angin dan surya

Pangsa nuklir terus meningkat dari 1% pada tahun 1973 menjadi hampir 9% pada tahun 2009 tetapi sejak itu terhenti. Baru-baru ini, energi terbarukan, termasuk angin, matahari, dan biofuel, telah meningkat dari hanya 3% pada tahun 2000 menjadi lebih dari 8% pada 2019.

Namun perubahan ini sebagian besar didorong oleh harga dan teknologi daripada kebijakan presiden, dan perubahan telah terjadi di banyak pemerintahan. Keengganan sistem membuahkan hasil yang mengejutkan.

Kemp berkesimpulan bahwa kebijakan presiden tidak selalu berhasil dalam membuat perubahan sistem yang mereka rencanakan.

Pemerintahan Obama, yang tidak dikenal ramah terhadap produksi bahan bakar fosil justru harus berhadapan dengan peningkatan pangsa energi yang dipasok oleh gas.

Pengeboran horizontal dan teknologi rekahan hidraulik telah matang di bawah kepemimpinan Bill Clinton, kemudian harga gas yang tinggi di bawah pemerintahan George W. Bush mendorong penerapannya secara luas, menghasilkan perluasan produksi yang besar yang sebagian besar terjadi di bawah pemerintahan Barack Obama dan Donald Trump.

Pemerintahan GW Bush, yang lebih bersahabat dengan bahan bakar fosil, bertepatan dengan penurunan pangsa energi yang dipasok oleh minyak, sebagian besar sebagai akibat dari lonjakan harga yang sangat besar antara tahun 2004 dan 2008.

Namun, harga yang lebih tinggi pada akhirnya mempercepat penerapan teknik pengeboran ke sektor minyak sehingga berakibat pada peningkatan produksi minyak bumi di bawah Obama dan Trump.

Sementara Trump, yang berjanji untuk memulihkan kejayaan batu bara, malah harus berhadapan dengan penurunan struktural jangka panjang yang berkelanjutan di sektor tambang batu bara serta peningkatan lebih lanjut dalam pangsa penggunaan energi berbasis angin dan matahari.

Faktor-faktor inilah yang pada akhirnya membuat rencana ambisius kebijakan bauran energi AS yang diwacanakan oleh sang Presiden menjadi susah tercapai.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular