Giliran IEA Pangkas Proyeksi Permintaan Minyak, Harga Drop

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
21 January 2021 11:40
FILE PHOTO: A maze of crude oil pipes and valves is pictured during a tour by the Department of Energy at the Strategic Petroleum Reserve in Freeport, Texas, U.S. June 9, 2016.  REUTERS/Richard Carson/File Photo
Foto: Ilustrasi: Labirin pipa dan katup minyak mentah di Strategic Petroleum Reserve di Freeport, Texas, AS 9 Juni 2016. REUTERS / Richard Carson / File Foto

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga kontrak futures (berjangka) minyak mentah drop pada perdagangan hari ini, Kamis (21/1/2021). Proyeksi Badan Energi Internasional (IEA) yang merevisi turun permintaan minyak di tahun ini menjadi sentimen negatif untuk harga si emas hitam.

Harga kontrak Brent turun 0,41% dibanding posisi penutupan kemarin ke US$ 55,85/ton. Sementara untuk harga kontrak West Texas Intermediate (WTI) drop 0,32% ke US$ 53,07/barel.

Dalam laporan terbarunya, IEA merevisi turun pertumbuhan permintaan minyak sebesar 0,3 juta barel per hari (bph) menjadi 5,5 juta bph. Menurut IEA, total permintaan minyak global di tahun 2021 mencapai 96,6 juta bph. Untuk kuartal pertama tahun ini, IEAmemprediksi permintaan minyak bakal mencapai 94,1 juta bph.

Lonjakan kasus Covid-19 dan kembali diterapkannya pembatasan sosial seperti lockdown di banyak negara menjadi alasan utama mengapa lembaga yang berbasis di Paris tersebut memangkas turun proyeksi pertumbuhan permintaan si emas hitam.

Menurut laporan IEA peluncuran program vaksinasi Covid-19 secara global akan menggeser dinamika penawaran dan permintaan ke arah yang lebih positif. Namun pemulihan permintaan membutuhkan waktu yang lebih lama karena adanya lockdown di sejumlah negara membebani penjualan bahan bakar.

Lockdown memang banyak diterapkan di mana-mana. Namun dengan kebijakan pemangkasan produksi oleh para produsen membuat pasar kalem dan harga minyak tak berguguran seperti yang terjadi awal tahun lalu.

Aliansi para kartel minyak yang disebut sebagai OPEC+, telah memangkas produksi minyak dengan jumlah yang besar tahun lalu. Ini merupakan suatu upaya untuk mengerek naik harga minyak mentah yang anjlok signifikan pada kuartal pertama tahun 2020.

OPEC+ awalnya setuju untuk memangkas produksi sebesar 9,7 juta bph, sebelum mengurangi pemotongan menjadi 7,7 juta bph dan akhirnya turun kembali menjadi 7,2 juta dari Januari.

Pemimpin de facto OPEC yakni Arab Saudi sejak itu mengatakan pihaknya berencana untuk memangkas produksi dengan tambahan 1 juta bph pada bulan Februari dan Maret untuk mencegah terjadinya penumpukan stok yang bisa menyebabkan harga anjlok.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duh! Harga Minyak Drop Setelah Reli, Ternyata Ini Penyebabnya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular