Cuan...Cuan...Cuan! IHSG Nge-gas 1% Lebih

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
20 January 2021 11:49
Warga mempelajari platform investasi di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (24/11/2020). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Pengunjung mempelajari platform investasi digital di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi pertama Rabu (20/1/21) ditutup melesat 1,31% ke level 6.404,83. IHSG sempat melemah pada beberapa menit setelah pembukaan hari ini, namun berhasil berbalik arah dan ditutup melesat.

Investor melakukan akumulasi beli dalam jumlah besar yang tampak dari nilai transaksi yang mencapai Rp 14,26 triliun.

Investor asing melakukan aksi beli bersih sebanyak Rp 529,51 miliar di seluruh pasar pagi hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 14,26 triliun. Sebanyak 270 saham terapresiasi, 205 saham terkoreksi, sisanya 133 stagnan.

Tercatat asing melakukan beli bersih (net buy) di saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 235,5 miliar dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp 146,8 miliar.

Sementara itu, asing juga melakukan jual bersih (net sell) di saham PT H.M Sampoerna Tbk (HMSP) sebesar Rp 13,4 miliar dan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) senilai Rp 8,9 miliar.

Pada perdagangan hari ini, Rabu (20/1/2021) perhatian investor akan tertuju pada pelantikan Joseph 'Joe' Biden menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) ke-46, yang bisa memberikan sentimen positif.

Setelahnya, pasar akan menanti gebrakan dari mantan wakil presiden 2 periode tersebut. Biden dikabarkan akan mengambil langkah cepat dalam 10 hari pertama pemerintahannya, dalam menanggulangi yang disebut 4 krisis, Covid-19, kemerosotan ekonomi, ketidakadilan rasial, serta perubahan iklim.

Begitu dilantik, Biden akan langsung bergabung kembali dalam perjanjian iklim Paris, dimana Trump sebelumnya keluar dari perjanjian tersebut. Biden juga akan mencabut larangan Muslim datang ke AS, kemudian mewajibkan penggunaan masker.

Pada hari Kamis, Biden akan menandatangani peraturan presiden terkait dengan pembukaan kembali sekolah dan dunia usaha. Di hari Jumat, ia kan memerintahkan Kabinetnya untuk segera bertindak memberikan bantuan ekonomi bagi keluarga yang terdampak krisis akibat Covid-19.

Sementara itu mengenai stimulus US$ 1,9 triliun, calon menteri keuangan AS Janet Yellen, saat berbicara di hadapan Komite Finansial Senat mengatakan hal tersebut akan menjadi fokus pertama nanti.

"Itu (stimulus fiskal) akan menjadi fokus utama saya jika saya menjadi menteri keuangan, fokus pada kebutuhan para pekerja yang tinggal di kota dan pedesaan, dan memastikan kami akan memiliki perekonomian yang baik yang memberikan pekerjaan dan gaji yang bagus," kata Yellen sebagaimana dilansir CNBC International.

Para senator AS memberikan berbagai pertanyaan kepada Yellen, mulai dari hubungan dengan China, pajak hingga utang yang membengkak.

Mengenai hubungan AS dengan China, Yellen mengatakan masih akan bersikap keras, namun dengan pendekatan yang berbeda dari rezim Donald Trump. Selain itu mantan ketua The Fed periode 2014-2018 ini juga menyinggung mengenai kenaikan pajak yang akan dilakukan, tapi tidak menjadi fokus utama saat ini. Begitu juga dengan kondisi fiskal dengan utang yang membengkak ke depannya akan dibenahi, tetapi tidak menjadi fokus utama saat ini.

Yellen juga membahas mengenai nilai tukar dolar AS. Berbeda dengan Pemerintahan Trump yang cenderung menginginkan dolar AS melemah, era Biden akan mendunkung dolar AS yang kuat dan stabil yang nilainya ditentukan oleh mekanisme pasar.

"Amerika Serikat tidak melemahkan mata uang untuk mendapat keuntungan kompetitif, dan kita juga harus melawan usaha yang sama yang dilakukan negara lain. Melemah mata uang untuk mendapat keuntungan komersial tidak dapat diterima," kata Yellen.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular