Seharian Galau, Rupiah Menguat Tipis-tipis ke Rp 14.050/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
19 January 2021 16:04
Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah akhirnya menguat pada perdagangan Selasa (19/1/2021), setelah bolak-balik di antara penguatan dan pelemahan sepanjang perdagangan. Dolar AS yang mulai mengendur membuat rupiah akhirnya mampu menguat tipis.

Melansir data Refintiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.060/US$. Setelahnya, rupiah melemah 0,14% ke Rp 14.080/US$, kemudian berbalik menguat 0,21% ke Rp 14.030/US$.

Setelahnya, rupiah galau antara penguatan dan pelemahan sebelum berakhir di RP 14.050/US$, menguat 0,07% di pasar spot. Meski tipis, penguatan rupiah bisa dibilang cukup baik, melihat mata uang utama Asia lainnya banyak yang melemah. 

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hingga pukul 15:07 WIB

Dolar AS yang melesat pada pekan lalu mulai menginjak rem. Melansir data Refinitiv, indeks dolar AS kemarin sempat menguat, tetapi pada akhirnya stagnan di kisaran 90,768. Yield Treasury AS juga mengalami penurunan, tenor 10 tahun yang biasa menjadi acuan berada di kisaran 1,097%, turun 3,2 bps.

Sementara sore ini, indeks yang mengukur kekuatan mata uang Paman Sam tersebut turun 0,18% ke 90,606.

Meski demikian, rupiah tidak mulus melenggang di zona hijau. Level psikologis Rp 14.000/US$ terbukti menjadi support yang kuat, perlu tenaga yang lebih besar untuk menembus level tersebut.

Tanpa tenaga yang besar, rupiah rentan terkoreksi saat berada di dekat level Rp 14.000/US$.

Sentimen positif lainnya datang dari China yang kemarin melaporkan produk domestik bruto (PDB) kuartal IV-2020 tumbuh 6,5% year-on-year (YoY), lebih tinggi dari prediksi Reuters sebesar 6,1% YoY, dan melesat dari kuartal sebelumnya 4,9% YoY.

Saat negara-negara lain masuk ke jurang resesi, China berhasil lolos, sebab produk domestik bruto (PDB) hanya sekali mengalami kontraksi (tumbuh negatif) 6,8% di kuartal I-2020. Setelahnya, ekonomi China kembali bangkit dan membentuk kurva V-Shape.

Tidak hanya itu, ekspor China juga mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah. Di tahun 2020, ekspor China dilaporkan naik 3,6% dari tahun sebelumnya menjadi US$ 2,6 triliun, yang merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah. Sementara itu, impor hanya turun 1,1% di tahun 2020 lalu. Artinya aktivitas ekonomi China sudah berputar cukup kencang saat negara-negara lain tersendat akibat menghadapi virus corona.

Roda perekonomian banyak negara masih tersendat-sendat di tahun 2020 lalu, tapi China masih sukses membukukan rekor ekspor.

Apalagi ketika perekonomian global mulai pulih setelah adanya vaksinasi massal, besar kemungkinan ekspor China akan kembali meroket. Sehingga di tahun ini diprediksi akan terjadi China "boom" atau meroketnya pertumbuhan ekonomi China, dengan peningkatan ekspansi sektor manufaktur akibat peningkatan ekspor, serta dimulainya vaksinasi massal di berbagai negara.

China berperan penting dalam perekonomian dunia. Nilai PDB-nya terbesar kedua di dunia, kemudian China juga merupakan konsumen komoditas terbesar di dunia.

Saat perekonomiannya menunjukkan pertumbuhan, tentunya akan berdampak pada negara-negara lainnya, termasuk Indonesia yang ekspor utamanya juga komoditas.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular