Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Namun rupiah mampu menguat di perdagangan pasar spot.
Pada Selasa (19/1/2021), kurs tengah BI atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.086. Rupiah melemah tipis 0,04% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Mata uang Tanah Air juga menguat di pasar spot. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.050 di mana rupiah menguat 0,07%.
Kala pembukaan pasar, rupiah stagnan di Rp 14.060/US$. Namun tidak sampai lima menit kemudian rupiah berhasil menguat dan apresiasi itu bertahan hingga sekarang.
Seperti rupiah, hampir seluruh mata uang utama Asia perkasa di hadapan dolar AS. Sejauh ini hanya yen Jepang, dolar Taiwan, dan peso Filipina yang melemah, itu pun tipis saja.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 10:04 WIB:
Dolar AS kembali memasuki masa 'keprihatinan'. Tidak hanya di Asia, mata uang Negeri Paman Sam pun lesu di tingkat dunia.
Pada pukul 09:11 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,1%. Dalam setahun terakhir, indeks ini ambles lebih dari 7% secara point-to-point.
Kim Mundy, Analis Commonwealth Bank of Australia, memperkirakan masa depan dolar AS bakal suram. Perbaikan ekonomi seiring kehadiran vaksin anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covd-19) plus tren suku bunga rendah yang kemungkinan bertahan dalam hitungan tahun membuat investor enggan mengoleksi dolar AS.
"Walau dolar AS menguat, itu riak-riak saja. Penguatannya akan terbatas. Kami memperkirakan dolar AS masih akan dalam tren melemah sepanjang 2021," kata Mundy, seperti dikutip dari Reuters.
Dalam jajak pendapat 4-7 Januari 2021 terhadap 63 orang FX strategist, 46% di antaranya memperkirakan tren pelemahan dolar AS akan terjado 1.-2 tahun. Naik dibandingkan survei bulan sebelumnya, di mana yang memperkirakan hal itu adalah 39%. Menjawab pertanyaan performa mata uang mana yang lebih baik, negara maju atau negara berkembang, 83% responden menjawab mata uang negara berkembang akan lebih josss.
 Sumber: Reuters |
"Kami akan mengalihkan pergerakan ke pasar negara berkembang untuk mencari keuntungan yang lebih tinggi. Untuk itu, kami akan keluar dari dolar AS," tegas Jane Foley, Head of FX Strategy di Rabobank, seperti dikutip dari Reuters.
"Kami melihat dolar AS sudah terlalu 'mahal'. Kita sekarang ada di titik di mana keuntungan berinvestasi di dolar AS sudah lenyap. Silakan bertanya kepada diri Anda sendiri, seberapa jauh dolar AS akan jatuh?" tegas Gavin Friend, Senior Market Strategist di National Australia Bank, juga kepada Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA