
Siap-siap Kebanjiran Modal Asing, IHSG Bakal Tembus 6.450

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil membukukan penguatan 0,25% ke 6.389,834 Senin kemarin, setelah sebelumnya sempat beberapa kali masuk ke zona merah.
Data perdagangan mencatat investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) nyaris Rp 250 miliar di pasar reguler, dengan nilai transaksi mencapai Rp 23,08 triliun.
Sentimen positif datang dari China yang melaporkan produk domestik bruto (PDB) kuartal IV-2020 tumbuh 6,5% year-on-year (YoY), lebih tinggi dari prediksi Reuters sebesar 6,1% YoY, dan melesat dari kuartal sebelumnya 4,9% YoY.
Saat negara-negara lain masuk ke jurang resesi, China berhasil lolos, sebab produk domestik bruto (PDB) hanya sekali mengalami kontraksi (tumbuh negatif) 6,8% di kuartal I-2020. Setelahnya, ekonomi China kembali bangkit dan membentuk kurva V-shape.
Bursa saham AS (Wall Street) yang libur Senin kemarin membuat sentimen investor asing kurang terlihat untuk hari ini, Selasa (19/1/2021). Namun, ada yang patuh dicermati, yakni hasil survei yang dilakukan E-Trade Financial Survey Morgan Stanley menunjukkan mayoritas investor melihat pasar saham AS sudah mengalami bubble atau sudah mendekati.
Yang menarik, meski melihat Wall Street sudah bubble, tetapi para investor tersebut tetap masih akan berinvestasi di saham, dan memprediksi masih aka nada kenikan di kuartal I-2021, serta menaikkan toleransi risiko mereka.
Survei tersebut dilakukan pada periode 1 - 7 Januari, terhadap investor miliuner yang memiliki akun dengan nilai US$ 1 juta atau lebih di perusahaan sekuritas. Selain itu survei juga dilakukan lebih luas terhadap investor dengan nilai akun setidaknya US$ 10.000.
Hasilnya, sebanyak sebanyak 64% investor miliuner masih bullish terhadap pasar saham meski melihat sudah terjadi bubble. Persentase tersebut malah meningkat dibandingkan kuartal IV-2020 lalu sebesar 55%. Sementara itu untuk investor yang lebih luas dengan nilai akun setidaknya US$ 10.000, sebesar 57%.
Hasil survei tersebut juga menunjukkan para investor banyak merotasinya investasinya ke saham yang undervalue, saham yang kapitalisasi pasarnya lebih kecil, serta mengurangi investasi di sektor energi dan finansial.
Selain itu, investor miliuner di AS tersebut juga melihat pasar internasional kini lebih atraktif, artinya kemungkinan besar modalnya akan dialirkan ke luar negeri.
Investor miliuner AS yang melihat pasar luar negeri lebih atraktif, yang tentunya bisa memberikan keuntungan bagi IHSG. Dalam 1 bulan terakhir investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) lebih dari Rp 7 triliun di pasar saham Indonesia, yang menunjukkan pasar saham Tanah Air cukup atraktif.
Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan dibandingkan analisis kemarin.
Pergerakan IHSG pada Selasa dan Rabu membentuk pola Doji. Suatu harga dikatakan membentuk pola Doji ketika level pembukaan dan penutupan perdagangan sama atau nyaris sama persis.
Secara psikologis, pola Doji menunjukkan pelaku pasar masih ragu-ragu menentukan arah pasar apakah akan menguat atau melemah.
IHSG masih bergerak di atas rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA 50), 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200), yang menjadi modal untuk kembali menguat dalam jangka panjang.
![]() Foto: Refinitiv |
Indikator stochastic pada grafik harian kini sudah memasuki wilayah jenuh jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
![]() jkse |
Sementara itu pada grafik 1 jam, stochastic bergerak turun tetapi belum memasuki wilayah oversold.
Resisten terdekat di kisaran 6.400, jika ditembus IHSG berpeluang menguat ke 6.435 hingga 6.450. Bahkan tidak menutup kemungkinan lebih tinggi lagi jika level tersebut ditembus.
Sementara jika tertahan di bawah resisten 6.400, IHSG berisiko melanjutkan koreksi. Support terdekat berada di kisaran 6.365, jika ditembus IHSG berisiko turun di kisaran 6.330. Support kuat berada di kisaran 6.290.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Pamer Kinerja IHSG, Lebih Cuan dari Negara Tetangga