
Saat Saham Farmasi Lain Terpuruk ARB, Seperti Apa Tuah KLBF?

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten farmasi PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) menguat 3,13% ke level Rp 1.645/saham pada perdagangan Jumat (15/1/21) akhir pekan lalu. Selama sepekan terakhir, saham KLBF sudah menguat 10,03% dan selama 6 bulan terakhir, saham produsen extra joss ini telah melesat hingga 12,29%.
Nilai transaksi saham Kalbe pada perdagangan akhir pekan lalu mencapai Rp 344,1 miliar dengan volume yang diperdagangkan sebanyak 208,9 miliar.
Kenaikan harga saham KLBF didorong oleh sentimen vaksinasi virus corona (Covid-19) perdana yang telah dilaksanakan pada Rabu (13/1/21) lalu, di mana Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi orang pertama di Indonesia yang disuntik vaksin Sinovac.
Awalnya, sehari sebelum pelaksanaan vaksinasi, saham-saham farmasi melesat. Namun di hari vaksinasi dilakukan, saham farmasi langsung berbalik arah ke zona merah hingga perdagangan akhir pekan lalu, hanya saham KLBF yang pelemahannya cenderung tidak terlalu dalam.
Sentimen dari tingkat efikasi vaksin Sinovac yang rendah kemungkinan menjadi penyebab saham-saham farmasi berbalik arah ke zona merah.
Pada Desember lalu Indonesia berhasil mengamankan sebanyak 3 juta dosis vaksin Covid-19 dari Sinovac. Lalu ada tambahan 15 juta bahan baku vaksin tiba di Tanah Air.
Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi sadikin mengatakan bahwa bahan baku tersebut akan langsung diproses dalam laboratorium milik Bio Farma untuk kembali ditindaklanjuti. Bio Farma memiliki waktu sekitar satu bulan untuk memproduksi vaksin.
"Sehingga nanti di awal Februari kita sudah punya 12 juta vaksin dari 15 juta bahan baku ini," terang mantan Wakil Menteri Badan Usaha Miliki Negara (BUMN) itu kepada awak media pekan lalu.
Dalam laporan keuangan Kalbe Farma per 30 September 2020, laba bersih yang dapat diatribusikan ke entitas induk naik 6% menjadi Rp 2,03 triliun.
Pendapatan bersih perseroan juga naik 1,6% menjadi Rp 17,1 triliun per 30 September 2020. Beban pokok pendapatan perseroan juga naik 2,9% menjadi Rp 9,32 triliun per 30 September 2020.
Naiknya pendapatan bersih perseroan diakibatkan dari naiknya produk farmasi domestik, yakni naik 1,6% menjadi Rp 16,24 triliun dan produk farmasi ekspor yang juga naik 1,7% menjadi Rp 859,49 miliar per 30 September 2020.
Dari posisi neraca, total liabilitas jangka pendek perseroan per 30 September 2020 naik menjadi Rp 3,36 triliun. Sedangkan total liabilitas jangka panjang perseroan per 30 September 2020 juga naik menjadi Rp 1,19 triliun.
Sedangkan total ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 7,2% menjadi Rp 17,9 triliun per 30 September 2020.
Adapun total aset perseroan per 30 September 2020 naik menjadi Rp 22,45 triliun dari periode 31 Desember 2019 sebesar Rp 20,26 triliun.
Secara fundamental, saham KLBF yang ditunjukkan oleh valuasi harga dibanding nilai bukunya (price to book value/PBV) masih cukup terjangkau di angka 4,38 kali, namun PBV KLBF sudah lebih mahal sedikit dibandingkan dengan rata-rata saham farmasi lainnya yang di angka 1,86 kali dilansir dari Refinitiv.
PBV adalah rasio harga terhadap nilai buku, biasa digunakan untuk melihat seberapa besar kelipatan dari nilai pasar saham perusahaan dengan nilai bukunya. Misalkan PBV sebesar 4x, artinya harga saham sudah tumbuh sebesar 4 kali lipat dibandingkan kekayaan bersih perusahaan.
Sedangkan apabila menggunakan metode valuasi laba bersih dibandingkan dengan harga sahamnya (price to earnings ratio/PER), saham KLBF juga sudah tergolong sedikit mahal di angka 28,53 kali, lebih mahal sedikit dibandingkan dengan rata-rata saham farmasi lainnya yang di angka 13,75 kali. PER adalah perbandingan antara harga saham dengan laba bersih perusahaan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Efek Perang Mulai Terasa, Kalbe (KLBF) Bakal Naikkan Harga?