Efek Joe Biden & Neraca Dagang RI Bikin Rupiah Juara Asia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 January 2021 16:05
mata uang rupiah dolar dollar Bank Mandiri
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (15/1/2021), bahkan sempat ke bawah Rp 14.000/US$. Dolar AS yang kembali lesu membuat rupiah mampu menguat dan semakin terakselerasi setelah data menunjukkan naraca dagang Indonesia kembali mencatat surplus.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,18% ke Rp 14.025/US$. Sempat terpangkas ke Rp 14.040/US$, penguatan rupiah kemudian terakselerasi hingga 0,43% ke Rp 13.995/US$.

Rupiah sedikit mengendur, di penutupan perdagangan berada di level Rp 14.010/US$, menguat 0,28%.

Meski gagal mengakhiri perdagangan di bawah Ro 14.000/US$, rupiah hari ini menjadi juara alias mata uang dengan kinerja terbaik di Asia.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hingga pukul 15:07 WIB.


Kabar baik bagi emas dari Amerika Serikat (AS) kemarin. Presiden AS terpilih Joseph 'Joe' Biden pada Kamis waktu setempat mengumumkan akan menggelontorkan paket stimulus fiskal senilai US$ 1,9 triliun.

Dengan tambahan stimulus fiskal, maka jumlah uang yang beredar di AS akan bertambah, dan secara teori dolar AS akan melemah.

Pada bulan Maret 2020, dolar AS begitu perkasa, rupiah bahkan sempat ambrol ke level Rp 16.620/US$, terlemah sejak krisis moneter 1998. Namun, AS saat itu menggelontorkan stimulus fiskal senilai US$ 2 triliun guna menanggulangi pandemi penyakit virus corona (Covid-19), dan menyelamatkan perekonomian AS.

Setelahnya nilai tukar dolar AS terus merosot. Efek yang sama kemungkinan akan muncul saat stimulus US$ 1,9 triliun yang dijanjikan Joe Biden cair.

Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, neraca dagang di Desember 2020 mengalami surplus sebesar US$ 2,1 miliar. Dengan demikian, neraca dagang Indonesia sudah mencetak surplus dalam 8 bulan beruntun.

Dengan demikian, sepanjang tahun 2020 surplus neraca dagang tercatat sebesar US$ 21,74 miliar. Surplus neraca dagang ini merupakan tertinggi sejak tahun 2011 lalu.
BPS melaporkan nilai ekspor tercatat US$ 16,54 miliar, tumbuh 14,63% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).

Sementara untuk impor, pada Desember 2020 sebesar US$ 14,44 miliar atau turun tipis 0,47%.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan impor terkontraksi 11,26% YoY. Sedangkan konsensus versi Reuters memperkirakan impor turun 12,27% YoY.
Konsensus CNBC Indonesia memperkirakan neraca perdagangan surplus US$ 2,58 miliar sementara konsensus Reuters berada di US$ 2,3 miliar.

Dengan surplus neraca dagang yang diumumkan BPS, maka transaksi berjalan (current account) Indonesia kemungkinan besar akan surplus juga di kuartal IV-2020.

Sepanjang kuartal III-2020 surplus neraca dagang tercatat sebesar US$ 7,98 miliar, saat itu transaksi berjalan mampu surplus US$ 956,16 juta atau 0,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Surplus transaksi berjalan tersebut merupakan yang pertama kali sejak tahun 2011 lalu. Artinya sebelumnya selalu mencatat defisit.

Sementara dengan rilis BPS hari ini, surplus neraca dagang di kuartal IV-2020 mencapai US$ 8,38 miliar, lebih tinggi dari kuartal sebelumnya. Sehingga transaksi berjalan berpeluang besar masih surplus di 3 bulan terakhir 2020.

Hal tersebut tentunya menjadi sentimen positif bagi rupiah, sebab transaksi berjalan mencerminkan arus devisa dari ekspor-impor barang dan jasa yang lebih berjangka panjang ketimbang aliran modal asing di sektor keuangan (hot money) yang sangat mudah datang dan pergi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular