Neraca Dagang 8 Bulan Surplus, Rupiah Libas 3 Dolar Sekaligus

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 January 2021 11:33
Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah perkasa pada perdagangan Jumat (15/1/2020) setelah data dari dalam negeri menunjukkan neraca dagang kembali mencatat surplus. Dolar Amerika Serikat (AS), Singapura, dan Australia sukses dilibas rupiah.

Melansir data Refinitiv, pada pukul 11:10 WIB, dolar AS melemah 0,21% melawan rupiah ke Rp 14.020/US$. Sebelumnya the greenback bahkan sempat ditekan hingga ke bawah Rp 14.000/US$.

Sementara itu, dolar Singapura melemah 0,29% ke Rp 10.573,15/SG$, dan dolar Australia merosot 0,41% ke Rp 10.882,32/AU$.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, neraca dagang di Desember 2020 mengalami surplus sebesar US$ 2,1 miliar. Dengan demikian, neraca dagang Indonesia sudah mencetak surplus dalam 8 bulan beruntun.

BPS melaporkan nilai ekspor tercatat US$ 16,54 miliar, tumbuh 14,63% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).

Sementara untuk impor, pada Desember 2020 sebesar US$ 14,44 miliar atau turun tipis 0,47%.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan impor terkontraksi 11,26% YoY. Sedangkan konsensus versi Reuters memperkirakan impor turun 12,27% YoY.

Konsensus CNBC Indonesia memperkirakan neraca perdagangan surplus US$ 2,58 miliar sementara konsensus Reuters berada di US$ 2,3 miliar.

Dengan surplus neraca dagang yang diumumkan BPS, maka transaksi berjalan (current account) Indonesia kemungkinan besar akan surplus juga di kuartal IV-2020.

Sepanjang kuartal III-2020 surplus neraca dagang tercatat sebesar US$ 7,98 miliar, saat itu transaksi berjalan mampu surplus US$ 956,16 juta atau 0,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Surplus transaksi berjalan tersebut merupakan yang pertama kali sejak tahun 2011 lalu. Artinya sebelumnya selalu mencatat defisit.

Sementara dengan rilis BPS hari ini, surplus neraca dagang di kuartal IV-2020 mencapai US$ 8,38 miliar, lebih tinggi dari kuartal sebelumnya. Sehingga transaksi berjalan berpeluang besar masih surplus di 3 bulan terakhir 2020.

Hal tersebut tentunya menjadi sentimen positif bagi rupiah, sebab transaksi berjalan mencerminkan arus devisa dari ekspor-impor barang dan jasa yang lebih berjangka panjang ketimbang aliran modal asing di sektor keuangan (hot money) yang sangat mudah datang dan pergi.

Sebelumnya rupiah juga mendapat tenaga dari vaksinasi massal di Indonesia sudah resmi dimulai Rabu (13/1/2021). Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi Warga Negara Indonesia pertama yang mendapat suntikan vaksin CoronaVac buatan perusahaan farmasi asal China, Sinovac. Setelah Jokowi, ada beberapa pejabat yang ikut divaksinasi.

Meski prosesnya akan memakan waktu yang cukup panjang untuk agar vaksinasi di seluruh Indonesia selesai, tetapi harapan akan hidup berangsur-angsur normal kembali, dan perekonomian bisa bangkit kembali.

Vaksinasi dikatakan menjadi salah satu kunci penguatan mata uang emerging market, seperti rupiah di tahun 2021.

Reuters melakukan survei terhadap 50 ahli strategi mata uang pada periode 4 - 7 Januari, hasilnya mata uang negara berkembang yang beberapa bulan terakhir menguat diramal akan melanjutkan penguatan di 2021.

Sebanyak 38 orang ahli strategi yang disurvei mengatakan yield yang tinggi, serta program vaksinasi yang sukses akan menjadi pemicu utama penguatan mata uang EM. Sementara 10 orang, melihat pemulihan ekonomi domestik sebagai pendorong utama.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular