
Ini 5 Mata Uang Asia Favorit Pelaku Pasar, Termasuk Rupiah?

Jakarta, CNBC Indonesia - Memasuki tahun 2021, mata uang utama Asia masih diprediksi akan menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS). Salah satu penyebabnya adalah perekonomian global yang diprediksi membaik setelah dihantam pandemi penyakit virus corona (Covid-19).
Survei terbaru dari Reuters menunjukkan para pelaku pasar masih mengambil posisi beli (long) mata uang Asia. Survei yang dilakukan secara 2 mingguan tersebut melihat posisi yang diambil pelaku pasar terhadap 9 mata uang utama Asia (termasuk rupiah) melawan dolar AS.
Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar.
Sementara angka positif berarti short mata uang Asia dan long dolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisi short mata uang Asia.
Hasil survei terbaru yang dirilis hari ini, Kamis (14/1/2021), menunjukkan pelaku pasar mengambil posisi long terhadap semua mata uang Asia tersebut, meski nilainya menurun dibandingkan survei sebelumnya.
Dari 9 mata uang tersebut, yuan China menjadi mata uang favorit pelaku pasar di awal tahun ini, mengalahkan won Korea Selatan yang sebelumnya paling diburu di akhir 2020 lalu.
Melansir data dari Reuters, yuan kini memiliki nilai -1,21, meski menurun dari hasil survei terakhir Kamis 10 Desember lalu -1,53.
Di posisi kedua ada dolar Taiwan dengan angka -0,89, juga turun dari sebelumnya -1,6. Won Korea Selatan yang sebelumnya berada di urutan pertama mata uang favorit dengan angka -1.68 kini berada di tempat ke tiga dengan angka -0,87.
Posisi ke empat dan ke lima ditempati dolar Singapura dan peso Filipina, dengan angka -0,83 dan -0,80.
Sementara itu, rupiah berada di urutan ke enam dengan angka -0,57.
Yuan China masih menjadi paling favorit pelaku pasar di awal tahun ini setelah menguat 6,7% sepanjang tahun lalu. Dalam 2 hari pertama tahun 2021, yuan bahkan melesat ke bawah 6,5/US$ yang merupakan level terkuat dalam 2,5 tahun terakhir.
China yang dianggap sebagai negara paling aman dari virus corona, serta memimpin pertumbuhan ekonomi global memicu capital inflow yang membuat yuan perkasa.
"China masih menjadi negara paling aman jika dilihat dari perkembangan virus corona, dan perekonomian China masih memimpin di dunia. Jadi kami percaya capital inflow masih akan terus terjadi di semester I 2021," kata Chaoping Zhu, ahli strategi pasar global di J.P. Morgan Asset Management di Shanghai.
Reuters melaporkan, bank sentral China (PBoC) menerapkan kebijakan guna meredam capital inflow agar kurs yuan tidak menguat terlalu cepat, yang dikhawatirkan akan melukai kinerja ekspor.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS