RI Resmi Mulai Vaksinasi Massal, Rupiah Langsung Juara Asia!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 January 2021 15:48
Presiden Joko Widodo menerima vaksinasi Covid-19 Perdana di Indonesia, 13 Januari 2021. (Biro Pers Sekretariat Presiden/Muchlis Jr )
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah akhirnya menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (13/1/2020), setelah membukukan pelemahan dalam 4 hari beruntun, dengan total 1,73%. Dolar AS yang akhirnya mengendur dan dimulainya vaksinasi massal di Indonesia membuat rupiah bertenaga.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,28% ke Rp 14.080/US$. Apresiasi rupiah bertambah hingga 0,5% ke Rp 14.050/US$.

Penguatan rupiah sedikit terpangkas, di penutupan perdagangan berada di level Rp 14.055/US$, menguat 0,46%.

Dengan penguatan tersebut, rupiah menjadi juara alias mata uang dengan kinerja terbaik di Asia pada hari ini. Hingga pukul 15:06 WIB, hanya mata uang utama Asia bergerak bervariasi, ringgit Malaysia menjadi yang terdekat dari rupiah dengan penguatan 0,37%.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

Indeks dolar AS akhirnya mengalami koreksi Selasa kemarin setelah menguat 4 hari beruntun. Koreksi tersebut masih berlanjut hingga hari ini.

Pada Rabu (6/1/2021), indeks dolar AS menyentuh level 89,209, terendah sejak Maret 2018. Tetapi di hari itu juga, indeks dolar AS bangkit dan membukukan penguatan 0,11%, dan berlanjut hingga Senin kemarin. Total penguatan selama 4 hari perdagangan tersebut sebesar 1,04%, sebelum terkoreksi 0,41% kemarin.

Patut diingat, faktor-faktor yang membuat dolar AS jeblok hingga nyaris ke level terendah 3 tahun masih ada di tahun ini. Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) masih mempertahankan program pembelian aset (quantitative easing/QE) senilai US$ 120 miliar per bulan, dan suku bunga 0,25% tidak akan dinaikkan hingga tahun 2023.

Kemudian, Presiden AS terpilih Joseph 'Joe' Biden dengan Partai Demokrat juga diperkirakan akan menambah nilai stimulus fiskal.

Sehingga perekonomian AS masih akan banjir likuiditas, secara teori dolar AS masih akan tertekan.

Selain itu, hasil survei terbaru Reuters pada 4 -7 Januari terhadap 70 ahli strategi mata uang, menunjukkan sebanyak 46% memprediksi dolar AS masih akan melemah dalam 1 sampai 2 tahun ke depan. Persentase tersebut naik ketimbang survei bulan Desember lalu sebesar 39%.

Sementara yang memprediksi the greenback akan melemah lebih dari 2 tahun sebesar 10%, sama dengan hasil survei bulan lalu.

Sedangkan yang memprediksi pelemahan dolar AS hanya akan berlangsung selama 3 bulan turun menjadi 14% dari sebelumnya 15%.

Artinya, meski indeks dolar AS sempat rebound belakangan ini, tetapi ke depannya masih berisiko tertekan.

Sementara itu dari dalam negeri, vaksinasi massal resmi dimulai pagi ini. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi Warga Negara Indonesia pertama yang mendapat suntikan vaksin CoronaVac buatan perusahaan farmasi asal China, Sinovac. Setelah Jokowi, ada beberapa pejabat yang ikut divaksinasi.

Meski prosesnya akan memakan waktu yang cukup panjang untuk agar vaksinasi di seluruh Indonesia selesai, tetapi harapan akan hidup berangsur-angsur normal kembali, dan perekonomian bisa bangkit kembali.

"Distribusi vaksin adalah kunci pemulihan ekonomi. Tanpa vaksin, masyarakat masih akan defensif sehingga pertumbuhan penawaran tidak seimbang dengan permintaan. Tanpa distribusi vaksin yang cepat, pemulihan ekonomi akan lebih mengarah ke U-shaped ketimbang V-shaped," sebut Anthony Kevin, Ekonom Mirae Asset, dalam risetnya.

Sementara itu survei berbeda dilakukan Reuters terhadap 50 ahli strategi mata uang pada periode 4 - 7 Januari, hasilnya mata uang negara berkembang yang beberapa bulan terakhir menguat diramal akan melanjutkan penguatan di 2021.

Andreas Steno Larsen, kepala strategi mata uang global di Nordea mengatakan, Joseph 'Joe' Biden yang akan dilantik menjadi Presiden AS pada 20 Januari nanti memberikan keuntungan bagi mata uang negara berkembang.

"Biden yang akan menduduki kursi Presiden AS memberikan harapan perang dagang (AS-China) akan berakhir, ditambah dengan vaksinasi maka akan menciptakan kondisi yang nyaman bagi negara berkembang" katanya sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (8/1/2021).

Sementara itu, sebanyak 38 orang ahli strategi yang disurvei mengatakan yield yang tinggi, serta program vaksinasi yang sukses akan menjadi pemicu utama penguatan mata uang negara berkembang. Sementara 10 orang, melihat pemulihan ekonomi domestik sebagai pendorong utama.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular