
Menkes BGS Buka-Bukaan Soal Perebutan Vaksin Antar Negara

Jakarta, CNBC Indonesia-Berbagai negara tengah berlomba untuk melakukan vaksinasi Covid-19 dalam upaya menghadapi pandemi ini. WHO pun menargetkan 70% dari populasi di dunia atau 5,5 miliar orang dapat mendapatkan vaksin sehingga dibutuhkan sekitar 11 miliar dosis vaksin.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan Indonesia pun rebutan dengan negara besar lainnya. Umumnya negara maju sudah ada yang mengamankan vaksin hingga 4-5 kali populasi. Sementara Indonesia saat ini sudah ada kontrak pasti untuk 270 juta dosis, dari kebutuhan 426 juta dosis . Kemudian pemerintah pun tengah melakukan finalisasi dengan Pfizer-Biontech agar bisa melengkapi 329 juta dosis.
"Dengan begitu kita memiliki opsi, karena angka dari COVAX/GAVI angkanya belum pasti dan bisa bergeser, padahal ini vaksin gratis. Kalau bisa mendapatkan semaksimal mungkin dari COVAX/GAVI kita akan mengurangi kontrak dari yg berbayar, tapi kalau tidak dapat kita akan ambil yang berbayar," kata Budi Gunadi di Komisi IX DPR RI, Selasa (12/01/2021).
Hingga 2 hari yang lalu dia menyebutkan angkanya 54 juta dan ada potensi dapat dinaikkan sampai 108 juta dosis, namun masih dapat berubah. Dengan begitu, total kontrak dan potensi yang ada saat ini 663 juta dosis dari kebutuhan 426 juta oleh seluruh rakyat. Sebagai rinciannya, Sinovac sebanyak 3 juta dosis vaksin jadi dan 122,5 juta dalam bentuk bulk, kemudian Novavax 50 juta dosis dengan potensi 80 juta dosis.
Lalu COVAX/GAVI sebanyak 54 juta, dan potensinya bisa bertambah 54 juta, AstraZeneca 50 juta dan potensinya bisa 50 juta. Terakhir, Pfizer yang masih dalam tahap finalisasi Agreement sebanyak 50 juta dosis dan potensinya 50 juta dosis.
Dia menambahkan saat ini fasilitas produksi vaksin di dunia hanya bisa 6,2 miliar dosis dan masih kekurangan untuk memenuhi kebutuhan yang dipatok WHO. Dari perhitungan awal bersama WHO, dibutuhkan waktu 3-3,5 tahun untuk vaksinasi, dan akan dipercepat oleh pemerintah.
"Ini yang kami ingin percepat, secara global angka meninggal 10 ribu jadi mau kami percepat untuk mencegah semakin banyak korban," katanya.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Berikan Nama Spesial Vaksin Buatan RI, Indovac